Jumat, 25 Mei 2012

DAKWAH DAN DZIKIR


DAKWAH DAN DZIKIR



Alangkah ruginya manusia yang menolak dua hal. Yakni menolak dakwah dan dzikir.  Dakwah menjadikan manusia merasakan manisnya agama. Manisnya iman. Mengalami apa yang dialami oleh para nabi dan sahabat. Sungguh semua itu merupakan yag sangat  mulya baik di sisi manusia maupun di sisi Tuhan.

Sedang dzikrullah akan mampu meraakan lezatnya merasakan kehadiran Allah. Ada cinta yang lembut dengan Allah. Dengan dzikir, nuansa kenikmatan surge bias dirasakan. Meski kita masih di dunia.

Hanya saja dzikir tidak sekeda dzikir seperti kita kita ketahui dalam tilisan dan kertas. Itu adalah semuanya sebagai pengetahuan yang dangkal dan gersang. Tidak punya hakikat. Tapi bukan berarti buruk. Dzikir mutlak memerlukan seorang  mursyid, yang mampu menanamkan kalimat “ allah” didalam hati kita. Sehingga hati kita menjadi hidup dan “basah”. Mudah menghadirkan Allah. Tidak ada dzikir tanpa  mursyid. Dzikir tanpa mursyid adalah sia-sia. Dzikir tanpa mursyid seperti menyemai di  atas padang yang tandus. Tak akan membuahkan buah-buahan dzikrullah.

Dzikrullah menjadikan hidup ini menjadi “ basah”, tenang, berwibawa dan menggetarkan. Dan nati di akhirat kan masuk surga sambil tersenyum.  Dzikir adalah kekayaan di surge. Ahli surge yang malas berdzikir akan menjadi penghuni surge namun miskin. Surganya akan tandus. Hanya beralaskan tanah surga.
Sedang  seorang ahli dakwah, ia akan masuk surge tanpa hisab walaupun seumur hidipnya tidak pernah bersujud kepada Allah. Coba  Anda ingat kisah para tukang sihir Fir’aun dan Habib Najar dlam surat Yasin. Para tukang sihir hanya mengatakan : “ amantu birobbi musa wa hanrun”. Kemudian mereka disalib. Atas pahala dakwahnya itu, Allah masukkan ke dalam surge dengan tidak dihisab.  Demikian  juga Habib Najar. Pagainya beriman kepada Nabi Isa. Sinag harinya ikut berdakwah bersama rombongan dakwah utusan Nabi Isa. Habib katakana kepad kaumnya: “ Ikutilah orang –orang (yang berdakwah) yang tidak minta upah. Mereka orang-oang yang mendapat hidayah”. Ia pun dilempari oleh kaumnya. Tapi terus mendakwahkan iman. Akhirnya si tukang kayu bakar itu tewas. Pada syakaratul maut dikatakan kepadanya: “ qiladkhulil jannah”. Masuklah ke dalam surge tanpa hisab. Wallahu’alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar