Minggu, 20 Mei 2012

Iman, Ilmu dan Dzikir

Iman, Ilmu dan Dzikir


Iman adalah perkara terpenting dalam kehidupana di dunia yang sementara, terutama di akhirat yang selama-lamanya. Dengan iman walau pun sebesar darroh akan mampu menarik seseorang ke dalam surga. Meski masuk surganya dengan nomor panyocok. Dengan iman, maka tubuh kita akan berbgerak untuk maelakukan amal kebaikan. Iman ibarat as dala mesin. Jika iman bergerak maka keseluruhan design akan bergerak. Itulah pentingnya iman, yakni agar manusia mudah mengamalkan agama secara sempurna.

Bagaimana  cara mendapatkan iman?  Hanya ada satu cara untuk mendapat iman hakikat. Cara itu adalah dakwah kenabian (nubuah). Apa itu dakwah kenabian? Dakwah nubuwah memiliki tiga ciri: 1. Mendatangi umat. Bukan didatangi.Datang dundang atau tanpa diundang. 2. Mengajak yakin hanya kepada Allah. Mengajak agar tertanan dalam hati manusia hanya kebesaran Allah saja. Dehingga tidak ada di ruang hati untuk makhluk. Secuil sedikitpun.Inilah hakikat kalimat laa ilaha illallah. 3. Tinda minta upah. Tidak ada dakwah nubuwah yang bergantung pada upah. Upag mereka hanya dari Allah semata. in ajriya illa alallah. Tidak ada upah kecuali dar Allah.

Supaya amal kita benar sesuai syari'at, maka hartus dengan ilmu. Maka ilmu menepati posisi kedua setelah iman. Cara mendapatkan ilmu adalah dengan cara  mengaji. Duduk di majlis ilmu. Dan bertanya kepada para ulama menganai agama dan dunia.

Tapi ingat tidak ada kaitan antara ilmu dengan amal. Ilmu bertujuan hanya untuk betul dalam beramal, bukan supaya bergaairah mengamalkan agama. Maaf. Jangan salah persepsi. OLeh karena itu sama sekali tidak ada jaminan seorag santri yang mondok 20 tahun untuk istiqomah dalam salat berjamaah. Sama sekali tidak ada kaitan antara ilmu dengan amal. Banyak sekali para orientalis Yahudi yang bergitu mendalam tentang Islam, tapi mereka tidak mengakui islam sebagai agama. Agama bagi mereka tidak lebi sebagai pengetahuan semata. Atau untuk maksud politis tertentu. Sebut saja misalnya Nicholshon dan Mc Donald. Keduanya  pakar tashawuf. Tapi sama sekali bukan pengamal tashawuf. Atau di Indonesia, ita kenal JH. Meuleuman dan KV. Steenbring. KEduanya ahli ISlam. Tapi sama sekali bukan muslim. Itulah saya katakan: tak ada kaitan antara ilmu dan amal. Makanya jangan bangga, jika sudah punya ilmu. Namun belum bisa beramal.

Yang terakhir dzikir. Dzikir  ini berfungsi supaya amal kita ada ruhnya. Punya isi. Punya makna.Beribadah tanpa dzikir adalah bangkai. Jasad tanpa ruh.Oleh karena itu kata Nabi: "Perumpamaan orang yang berdzikir  dan yang  tidak berdzikir seperti orang yang mati dan yang hidup".

DEngan dzikir ibadah jadi ringan, khusyu dan punya makna. Dan ingat dzkir yantg tawajuh ini mampu menarik kekuatan Allah secara langsung dan ghoibiyyat. Orang yang punya keterampilan bertawajuh dalam dzikir akan dilputi khowariqul adat. Keajaiban-keajaiban dari Allah. Kata Nabi, orang yang bertwajih berdzikir akan merasakan nikmat surga, meski masih di dunia. Ia  akan masuk surga sabil tersenyum.

Bagaimana untuk mencapai  hakikat dzikir?  Lafadz-lafadz dikir sebenrnya telah diajarkan oleh Qur'an dan Sunnah. Lafadz-lafadz itu antara lain tasbihat, istighfar, shalawat dll. Atau sudah termuat di dalam Qur'an sebagaimana yang telah diamalkan oleh para nabi a.s. Namun jika Anda mengalami kesulitan dalam dzikir, karena tidak membuahkan pada kekhusyuan dan amal, garus segera mendatangi seorang mursyid yang bisa mengajarkan Anda berdzikir.

Jadi ketiga elemen ini penting, agar ibagah kita dimakbul di sisi Allah. Slamat mengamalkan


1 komentar: