Senin, 19 November 2012

Dzikir-Ibadah

Dzikir-Ibadah merupakan salahsatu ajaran terpenting dalam Jamah Tablig. Dari 4 hal yang harus diperbanyak salahsatunya adalah dzikir-ibadah. Mengapa Syekh Ilyas menyatukan antara dzikir dan ibadah. Sebab ibadah tanpa dzikir adalah lalai. Ibadah tanpa dzikir adalah kosong. Kering. Tak punya makna. Ibadah tanpa dzikir tidak diterima oleh oleh Allah. Oleh karena itu, rukun sholat dalam tashouf adalah khusyu. Tanpa khusyu, maka shalatynya tidak sah. tertolak.

Sebaliknya jika dzikir tanpa ibadah adalah kacau dan ngawur. sebab dzikir mesti nempel dalam ibadah. Jadi kalau tidak beribadah, dzikir mau nempel kemana. Dziikir menjadi tidak punya wadah. dzi8ikrnya tidak akan mendatngkan nur. Sebab dzikir akan mendatanghkan cahaya jika bertemu dengan amal ibadah. Jika dxziir adalah kutub negatif maka ibadah adalah kutub posisitf. Gabungan dua kutub ini mengahsiklkan cahaya yang mampou mengantarkan seorang salik kepada makom ma'rifat. 

Maka adalah penting bagi seorang salik mengetahui perintah-perintah Allah Ta'ala sesuai dengan suasana dan keadaan. Jika tidak demikian khawatir, mengamalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah sedang dalam hatinmya dalam keadaan dzikir. Ini tentunya menjadi amalan bid'ah. Yang menuntunya ke jurang zindik. ZIindik adalalah  membuat hal baru dalam agama. Dikurangi atau ditambah.

Jumat, 16 November 2012

DUA MA'RIFAT

Ma'rifat kepada Allah itu melalui dua jalan: Jalan akal dan jalan hati. Ma'rifat dengan akal dibahas dalam ilmu tauhid (aqo'id). Sedang marifat  dengan hati dibahsa dalam ilmu tashwuf (tarikat). Ma';rifat kepada Allah melalui akal sifatnya tidak langsung. Yakni melalui dalil. Dalil adalah mengetahui sesuatu dengan sesuatu yang lain (idroku syai bi syaiin akhor) . Sedanga ma'rifat melalui hati melihat Allah secara langsug, bila kaifiyyatin wala zamanin (tidak dengan "bagaimana dan kapan). Sebab Allah mahas suci dari terkurung oleh ruang dan waktu. Tulisan ini selanjutnya hanya akan membahas ma'rifat dengan hati, yang merupakan garapan dari ilmu tashowuf.

Bagamimana cara ma'rifat kepada Allah? Sebagaimana kita ketahui dalam "Jubad" , bahwa  yang pertama kali wajib kepada manusia mukallaf adalah mengatahui Allah dengan yakin. (awwalu wajibnin ala al-insani ma'rifatul iklahi bistyiqoni). Jadi mengatahui Allah merupakan perkara terpenting bagi seorang mukallaf baik dalam ilmu tauhid yang bersifat eksternal (akliah dan nakliah) maupun secara internal ( rasa dan pengahayatan, sebagaimana dalam tashawuf.).

Cara ma'rifat melalui ilmu  tauhid dengancara belajar dari seorang guru atau melalui kitab (membaca). Dengan cara mengetahui dalil-dalil akli dan naqli sekaligus. Dalil naqli saja tidak cukup. Mesti ditopang oleh dalil aqli. Saking pentingnya dalail aqli, tidak sah iman seorang mukallaf jika tidak tahui dalil akal menganai tuhan. Imamnya, iman taklid. Dan karena itu tidak sah.

Sedangkan mengatahui Allah Allah melaluii hati. dengan dua cara. Yaitu memperbanyak dzikir kepada Allah dalam setiap suasana dan keadaan, dan mengendalikan hawa nafsu agar senantisa menta'ati Allah. Dua hal inilah yang menyampaikan seseorang bisa sampai kepada Allah. Bosa sampai ma'rifat kepada Allah. Tidak hanya ma'rifat (mengartahui) Allah saja,melainkan berupa ilmu kenabian dan laduni, yang tidak didapat melalui pengindraan dan penalaran akal. Maka semakin tawajuh seseorang dalam dzikir dan semaikn mujahadah dalam nafsu untuk mentaati Allah, cahaya ma'rifat itu semakin besar. Dan rahjasia ilmu-ilmu ketuhananpun semakin terbuka lebar. Inilah yang menurut Syekh Abdul Qodir Jailani, penghulu para aulia dan Imam Ghozali,penghulu ulama tashawuf, ilmu yang lebih banyak bermanfaat daripada ilmu dhahir. Ilmu msemaca ini lebh murni dan lebih jernih karena keluar dari dari dalam sumur hati. Air itu keluar karena penghgalian ruhani yang mendalam. Berbeda dengan ilmu syari'at yang laksana air hujan atau air sungai. Ia masuk dari sebelah luar baru msuk ke dalam hati. Hasilnya air semacam itu tidak sejernih dan sebersih air yang murni dari dalam sumur. Wllahu a'lam.

Minggu, 26 Agustus 2012

Potensi Manusia

Konon kemapuan manusia tidak digunakan secara maksimal. Umumnya manusia hanya menggunakan sekitar 5 persen saja. Lima persen ini konon mampu meraih lima gelar profrsor dan lima bahasa. Betapa hebatnya manusia. Bagaimanakah jka manusia mampu menggunkan kecerdsannya sampai 100 persen.Wow! Betapa menakjubkan. Lalu bagaimana menangaktifkan setumpuk kehebatan manusia itu. Supaya maksimal manusia harus memohon kepad Allah. Hanya Allahlah yang mampu mengaktifkan secara maksimal kmapuan kita. Perlu pendekatan mistis dan ruhani untuk sampai ke arah ini.

Lalu apa pula tantangan manusia, hingga sulit memaksimalkan diri? Jawabannya tidak lain adalah hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang menuntun manusia ke juang kerendahan, kerendahan dan kebodohan. Silahkan mencoba!

Sabtu, 26 Mei 2012

Ritual Wahabi


Beberapa Ritual Wahabi
Yang Tidak Rasional  


Inilah beberapa ritual ibadah wahabi yang tidak rasional dan sekaligus tidak sesuai dengan tujuan syari'at.
1. Menggerakan telunjuk ketika tahiyyat. Gerak dan khusyu adalah dua hal yang tiak bisa bersatu. Karena itu kata Nabi -- ketika melihat sahabat yang banyak bergerak -- kalau hatinya khusyu niscaya tidk akan bergerak-gerak. Menggerakan  telunjuk dalam tahiyat sama sekali tidak mendatangkan khusyu. Sedang  khusyu dalam dalam shalat merupakan tujuan yang hendak dicapai. Selain dirinya tidak khusyu, juga mengganggu orang lain, karena sama-sama tidak khusyu. Karena tabi'at manusia akan tertarik pada benda-benda bergerak.  Mengapa Wahabi -Salafi memilih Hadist yang menggerakan telunjuk. Padahal ada Hadist lain yang sesuai dengan tujuan shalat dan lebih rasional. Walaupun sanad hadist itu lebih terpercaya, namun dho'if secara matan, tidaklah bisa dipercaya.

2. Tarawih 11 raka'at. Hadist Siti Aisyah menyebutkan Nabi SAW melaksanakan shlat taraweh 11 rakaat dan di rumah. Matan hadist itu sangat rancu. Pertama, shlat witir jumlah kesempurnaannya adalah 11 rakaat. Dan paling minimal satu rakaat. Dan pasti Nabi setiap hari melaksanakan 11 rakaat shalat witir. Jadi witir 11 rakaat bagi Nabi merupakan harian yang wajib dilakukan bagi dirinya. Dan Nabi pasti mengambil jumlah rakaat yang paling sempurna: 11 rakaat. Jika Nabi melaksanakan tarawih 11 rakaat, itu artinya Nabi tidak melaksanakan Tarawih secara kuantitatif. INi bertentangan dengan anjuran Nabi agar memperbanyak jumlah shlat tarawih pada bulan Romadhan. Sama sekali tidak rasiona. Sekali lagi meski rawi hadist itu  tsiqot, namun tetap saja secara matan  adalah dhoif. OLeh  karena itu menurut Muhammad Abduh, hadist yang demikian tidak bisa dijadikan pegangan.
3. Adzan Awal  shalat Jum'at.  Adzan awal konon tidak dilakukan pada zaman Rasulullah. Tapi kemudian Ustman Bin Affan yang melakukan. Jika riwayat ini benar, wahabi-salafi harus memahami tentang sunnah sahabat. Bukankah Nabi memerintahkan untuk tidah hanya mematuhi  sunnah Rasulullah saja, namun juga sunnah sahabat. Mengapa sunnah sahabat menjadi sangat penting? Pertama, sahabat merupakan orang termulya dan terbaik dari generasi umat ini. Tak akan pernah ada kurun yang melampaui keutamaan sahabat. Terlepas dari kesalahan sahabat yang manusiawi. Kedua, para sahabat adalah orang yang paling paham memahami ajaran agama. Karena sahabat melihat Nabi dalam memperaktekkan agama. Bukan sekadar "katanya" seperti tabi'in. Jadi pemahamannya sangatlah tepat baik yang tersurat maupun tersirat. Meskipun adzan tiak dilakukn oleh Nabi namun menjadi baik bahkan keharusan, ketika adza itu sesuai dengan tujuan syari'at. Hukum sebenarnya tidak berubah. Namun keadaanlah yang berubah. Oleh karena itu kata Ibnu Taymiyyah : alhukmu biqodril amkinah wal azminah (hukum itu berlaku sesuai kondisi ruang dan waktu). Atau menurut kaidah Ushul: alhukmu yaudrru ma'a illatihi wujuda wa adaman (hukum itu berlaku sesusi ilatnya). Terbukti Anda bisa melihat dampak madharat dari adzan sekali terutama pada hari ini. Sepertiga kaum muslimin di kota-kota mendatangi jum'at setelah imam naik ke mimbar. Dan ini bahaya karena tidak tercatat sebagai orang yang shalat jum'at oleh malaikat, hakikatnya oleh Allah. Namun menjadi kecil madharatnya ketika dilakukan adzan awal.
4.Adzan ashar langsung komat.Wahabi sepertinya salah memahami matan hadist. Bolehlah, andaikan Nabi tidak menganjurkan shalat ashar, seperti yang Anda pikirkan. Tapi ingat bukan berarti dilarang menunggu shalat. Meski wahabi tidak suka shalat sunah, tapi kan bisa mengisi kegiatan dengan dzikir yang lain yang bukan sholat, seperti baca Qur'an, tasbihat dn lain-lain. Jadi bukan sama sekali tidak ada jeda waktu. Kalau betul-betil tidak ada jeda antara ashar dan komat, lalu untuk apa diadakan panggilan adzan ke[ada kaum muslimin. Dampak buruk dari tada jeda ini, sholat berjamaah kaum muslimin menjadi acak-acakan. Tidak serempak. Saya kira Nabi terbiasa menunggu shalat Isya sampai waktyu sahur. Jadi benar-benar tidak rasional jika jeda waktu antara adzan dan komat ditiadakan. Menunggu jeda setelah adazan adalah keharusan secara rasioanl karena untuk menunggu jama'ah. Sedang shalat kobliyahnya tidak mesti.

DEBAT SENGIT MENGENAI HARI JADI JAWA BARAT





DEBAT SENGIT
MENGENAI HARI JADI JAWA BARAT


Pendahuluan
            Kemarin saya ikut menghadiri seminar mengenai hari jadi Jabar. Seminar itu mengambil tema Uji Publik Hari Jadi Jawa Barat.. Dari temanya kita bisa mengetahui bahwa masalah yang dirumuskan adalah minta kesepakatan masyarakat Jawa Barat tentang Hari Jadi Jawa Barat. Pemerintah dan DPR rupanya ketakutan kalau diptuskan sepihak akan terjadi penentangan dari pihak masyarakat. Maklum harus dipahamai di Jawa Barat terjadi kesenjangan antara elit politik dengan elit intelektual dan akademisi. Maksud saya elit poltik Jabar berlatar belakang pendidikan awam, sedang masyarakatnya sangat jauh melampaui dalam bidang kecerdasan inteketual dan akademis. Bayangkan saja ,secara akademisi gubernur di propinsi ini hanya punya gelar pas -pasan. Sedang lingkungan akademis yang mengitarinya sangat tinggi secara akademis. Jadi kesenjangan akademis antara elit politik dan elit intelektual bagaikan bumi dan langit. Tapi itulah resiko demokrasi. Biarkan pun salah asal didukung oleh mayoritas menjadi baik. Sebuah logika yang biasa dipakai oeh Heraklit dan kaum Sofis pada zaman Yunani. Padahal hati nurani dan fakta selalu mengatakan: yang banyak belum tentu benar. Qur’an menyebut  sindiran bahwa yang kebanyakan itu adalah salah. Sedang yang benar itu tak ada ,kecuali sedikit (wa qolilun min ibadiya syakur).
            Dengan  fakta kesenjangan intektual antara  elit dan masyarakat, akibatnya elit potiltik dalam hal ini gubernur tidak mampu memutusakn Hari Jadi Negeri Jabar. Sungguh ironis dan menyedihkan. Padahal dari 33 propinsi di Indonseia, semuanya telahpunya hari jadi kecuali Sumatra Barat dan Jawa Barat. Padahal secaraplitis hari jadi harus ditentukan oleh DPR dan Gubernur. Mana ada provinsi yang begitu alot hanya untuk menentukan hari jadi. Menru Prof. Asep Ramlan dan Prof. Dr. Niana Lubis, debat aloit  hari jadi ini sudah berjalan dua tahun silam. Bagaimana ini bisa terjadi?. Nampaknya elit sangat rendah kreatifitas dan imajinasinya. Saya kira propinsi lain tidak mengalami kendala mentak rendah diri (wande complek) seperti ini. Banten, misalnya sudah beberpa tahun mentetapkan hari jadinya. Yakni tahun 2000. Padahal banten lahir 10 taun yang lalu. Sedang Jabar sudah lahir 84 tahun silam (versi Prof. Dr. Ateng Saprudin, SH); 65 tahun silam (versi Prof. Dr. Wildan); atau lebih muda, yakni 60 tahun, seperti dalam versi persi Prof. Dr. Indra Prawira. Kasarnya, Cuma gitu aja ok ngak berani.
            Fakta seperti ini menunjukan  terlalu kuatnya posisi masyarakat daam tataran politik,Sehingga terasa begitu kuat mengontrol kekuasaan pada satu sisi. Dan sangat lemahnya elit politik dalam membuat dan mengontrol kebijakan pada sisi lain. Mengapa? Karena lemahnya kharima dan rendahnya bobot intelektual akademis yang dimiliki elit. Begiilah jadinya.
            Tulisan berikut ini akan berusaha mengeukakan kembali perdebtan sengait di atas yang terjadi hari kemarin (13 Oktober 2010) di HotelHorison. Diskusi itu berlangsung selama  6 jam. Sungguh menrik perhatian.
            Pembicara terdiri dari tujuh orang. Lima diantaranya adalah pakar sejarah. Kelima pakar ini masing masing dari UIN Bandung, UPI dan UNPAD.  Mereka adalah Prof. Dr. Wildan, Dr. Mumuh Muhsin Zakaria, Drs Awaudin, M.Hum, Dr. Dede Supriatna dan Ading Kusdiana, M.Hum. Sedang dari dua pakar lainnya adalah pakar Hukum Tata Negara dari UNPAD dan UNPAR. Yaitu Prof. Dr. Ateng Safrudin, SH. Dan Prof. Dr. Indra Prawira, SH, MKN.
            Dari ketujuh pmbicara ini tiga diantara sangat mewakili. Ketiganya adlah Prof. Dr. Ateng Safrudin, Prof Dr. Wildan dan Prof. Dr. Indra Prawira. Sub Tema yang digagas adlah tentang sodoran tanggal hari jadi jabar. Sub Tema itu diajukan oleh Yayasan Masyarakat Sejarah ebagi wkil pemrintah untuk diujipiblikan kepada masyarakat. Ajuan pertama adalah tanggal 1 Januari 1926. Ajuan kdua tanggal 19 Agustus 1945 dan ketiga, tanggal 4 Juli 1950.
            Prof. Ateng pada dasarnya hanya meyodorkan saja. Sesuai bukti hukum dan sejarah. Bahwa ketiga tanggak itu memang pernah terjadi dlam sejarah hukum ketatnegaraan di Indonesia. Jadi ajuan itu benar-benar fakta. Bukan fiktif. Silahkan mana saja yang akan akan diambil, katanya. Tapi secra implisit dia menegaskan tanggal 1 Janhuarai 1926 sebagai Hari Jadi Jawa Barat.
            Alasan beliau natara lain, kata jawa barat mulai terlahir pada masa itu. Dalam lembaran Negara Hindia Belanda tertulid west Java (Jawa Barat). Pada waktu itu Belanda hanya mebagi dua Jawa: Jawa Barat (Pasundan) dan Jawa Timur. Mungkin pengklasipikasinanya berdar pada budaya dan bahasa. Itu alasan pertama. Alasan kedua, lahirnya provinsi Jawa Barat pada waktu itu bukan semata-mata ciptaan Belanda. Melainkan tuntutan warga Bumi Putra untuk mendidrikn pemerintahan sendiri (self Bastuur). Menurutnya sejak pecah perang Diponegoro atau Perang Jawa tahun 1825-1830, kebijakan pemerintah melunak. Kebijakan itu yang dinakaman politk etis. Yang semula digagas dan diperjuanagan seorang indo-Belada Dowes Decker dan Van Deventer. Inti dari gagasan politik etis adalah pendidikan. Buah dari pendidikan itu natara lain menigkatnya kesadran rakyat Bumi Putra kemerdekaanya. Awal abad ke-20 dan paruh abad 20 kesadran itu mulai hadir dalam bentuk tindakan. Misalnya Mjncul SI (1905), Budi Utomo (1908) dan puncaknay adlah 1928, dengan hiarnya Sumpah Pemuda. Jadi masuk akal jika 1926 rakayat Bumi Putra mendpat apresiai untuk mendidrkan pemrintah sendiri (self Bastuur). Pendirian West Jawa dimaknai sebagai rintisan untuk menjadi Indoseia besatu. Dan utnuk itu Sumpah Pemuda telah membuktikannya.
            Namun sayang pendpat ini mendpat penolkan secara kalamasi baik dari sesama nara sumber atau[u peserta. Kecuali dua orang. Yaitu nara sumber sendiri, Prof Ateng dan Syamsudin, MA dari peserta. Sungguh seru diskusi ini.
            Slanjutnya Prof. Dr. Wildan. Beliau sejawrawan UPI. Gaya bicaranya khas, menggebu, jelas, cepat namun cerdas. Beliau berisikukuh bahwa yang layak dijadikan hari jadi jabar adalah tanggal 19 Agustus 1945. Apa alasannya? Pertama, hari itu mempunyai kekauatan legal-formal. Jadi ada dasar hukunya. Yakni sebuah keptuisan yang dikin oleh PPKI (Panitia Persiapan Kmedekaan Indonesia). Pada tanggal itu PPKI membentuk 8 Provinsi, dan yang pertama dan utama adalah Jawa Barat. Kedua, tanggal 19 Agustus, masih dalam suasana semangat kemerdekaan. Jaddi momentum kebangsaan itu sangat layak untuk dijadikan hari bsesar Jabar. Tanggal itu mempunyai semangat nasionalisme yang kuat. Sebagai peristiwa yang menetukan arah jarum sejarah bagi bangsa Indoseia dan Jawa Barat jhususnya. Oleh karena itu tanggal 19 Agustus 1945 memenuhi kriteria legal-fornal, teknis, histioris dan nasionalis.
            Sepertinya pendpat inilkah yang mendapat sambutan paling ramai. Dari tujuh nara sumber, 5 di antaranya mendukung gagasan ini. Termasuk Prof. Nina – yang padahal sebagai moderator – mengajukan dan mendukung pendapat ini. Ada nilai historis dan kebngsaan pda momentum ini, katanya. Hadirin pun—yang jumlahnya sekitar 500 orang – mendukung pendapat ini. Kecuali satu, yaitu Dr. Syamsudin dari UIN Bandung. Dan belaiau pula yang membuat DR. Indra berang dan sewot karena mendapat keritikan dari Dr.Syamsuidn.
            Terakhir adalah giliran pakar hukum Tata Neagra, Prof. Dr. Indra Prawira. Beliau sangat tegas, tangkas dan cerdas dalam mengemukakan argumen nya. Belaiu mengemukakan retorikanya yang memukau. Persisi seperti kaum sofis dalam menyakinkan bangsa Atena utnuk mengikiti keinginannya pada zaman kuno.
            Pertama. Belaiau mengkritik habis pengajuan 1 Januari 1926 sebagai hari jadi Jabar. Alasan nya adalah sangat berbau kolonialis. Adanya West Java sebagai provinsi dasarnnya adalah untuk kepentingan Belanda. Adalah betul pernah ada gerakan sel Bastur dari kaum Bumi Putra. Tapi kenyatannya pemerintahan gubernuran dipegang oeh kaum kolonial sampai tahun 1945. Atau sekitar 17 tahun, seluruhnya pejabatnya tidak ada kecuali dari bagsa Belnda.  Gubernur itu alah Hilten (1925-1029); Hartelust (1929-1931); Smitzler (1931-1934) dan Van Der Hoek (1934-2942). Jadi sama sekali tidak ada orang Irlandernya. Apaladi orang Pasundan.
            Kedua, belaiu mengkritik tahun 19 Agusstus 1945. Secara hukum tanggal itu mempunayi cacat hukum. Sebab suatu laembaran negara dianggap sah kalau sudah dalam bentuk tertlis. Sedang pada waktu itu, walau[un ada keputusan negara yanmg mengikat, itu semua tidak konstitutif. Itu hanya sekadar deklarasi (pernyataan). Jadi sangat tidak punya kekutan hukum. Karenaya sngat tika beralsan secara hukum jika menjadikan tanggal 19 Agusstus  1945 sebagai hari jadi Jabar. Selanjutnya belaiau menegaskan dua jenis konsep dalam bidang hukum: deklar dan konstitutif. Katanya, deklar tidak mengikat. Baru setelah diundangakan (konstitutif) punya kekuatan memgungat secra hukum. Sedang pada saat itu aspek hukum yang perta itu belum ada. Ketetapan yang konstitutif ini baru ada 5 thaun kemudian. Yakni tahun 1950. Ketika Indonesia kembali mejadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
            Ketiga, tanggal 4 juli tahun 1950. Titi Mangsa inilah yang diduung habis-habisan oleh Prof. Indra. Titi Mangsa ini memenuhi sayarat-syarat historis dan yuridis. Secara yuridis jelas sekali keutan hukumnya. Dsar hukum pembentukan propinsi Jawa Barat mengacu pada lembaran negra tanggal 4 Juli tahun 1950. Dan ini memang  fakta yang harus diakui sampai sekarang. Jika titimangsa jabar tidak pada tanggal ini, maka sedikit banyak akan merubah huku ketatanegaraan kita. Meski kata baliau tidak mutlak. Bisa saja misalnya , hari ulang tahunnya bebeda degan hari jadinya. Suntu penapat yang terkesan ambivalen rupanya. Tanggal ini menurut pakar HUKUM Tata Negara ini, bisa dipertanggungjawabkan secara yuridis.
            Secara historis tanggal 4 Juli 1950, sebagai momen penting bagi rakyat Jawa Barat. Mengapa demikan? Karena pada waktu itu Negara Pasundan sebagai negara pertama yang menyatakan kembali kepangkuan NKRI. Dimana sebelumnay Nusantra dipecah dal negara RIS (Republik Indonesia Serikat), sebagai akibat dari diterimanya Perjanjian Renville. Yanmg mna perjanjian ini lebih menguntungkan Belanda daripada Indonsia. Denga perjanjian ini secara implisit, Indonesia ingin kembali ke Indonesia. Dua alasan inilah yang menjadi daasr mengapa harijadi Jabar srelayaknya pada tanggal 4 Juli 1950.
           

           

Andaikan hadist tidak ada Sementara dakwah dan jihad abadi


Andaikan hadist nabi tidak pernah ditulis
Sebagaimana perintah rasulullah saw
Adaikan dakwah dan jihad tyerus berlangsung
Seperti zaman nabi dan sahabat
Dunia ini pasti kan terus dikuasai kaum muslimin
Namun saying. Dakawah dan jihad ditinggalkan
Hadist dicari, ditulis dan dibukukan
Kaum muslimin jadi lemah iman
Kaum muslimin tertipu dengan ilmu
Mereka jadi terpecah karena sibuk mendalami ilomu
Dan meninggalkan dakwah.
Musnahlah kaum muslimin.
****
Andaikan hadist tidak  ditulis
Dakwah dan jihad dijungjung tinggi
Iman akan kuat
Akal manusia akan berkembang.
****
Akal terbelenggu dengan  hadist-hadist
Yang belum  tentu persis bersuber dari rasul
Hadist bukanlah sabda atau pun prilaku rasul
Tapi tulisan dan cerita tentang rasulullah
Iani jelas berbeda dengan sabda Rasul sendiri
Karena pantas membuat umat terpecah dan mundur
****
Iman musnah dengan hilangnya dakwah
Iman lemah amal pun lemah
Iman hilang amal pun hilang
Na’udzu billah.
****
Yang mematikan mu’tazilah dan rasionalisme bukanlah imam ghazali
Sebegaiman dikatakan oleh Muhammad amin dan Muhammad syaltut
Tetapi sesungguhnya adalah  ahlul hadist
Ahli hadist adalah (mungkin) bid’ah)
Karena telah melakukan apa yang dilarang oleh rasul
Dengan alasan ini pula sahabat-sahabat besar
Sangat sedikit meriwayatkan hadist
Abu bakar oang yang paling paham tentang agama dan sunnah
Membakar  500 hadist sebelum wafatnya
Saidina ali orang yang paling berilmu dan beriman hamper tidak meriwayatkan        hadist.
Padahal kdua orang-oang ini manusia-manusia pilihan

****
Mereka tahu warisan rasulullah bukan dalam tulisan
Tapi ada dalam kerja nubuwah: dakwah dan jihad
Barangsiapa memelihara dakwah dan jihad
Pasti akan mendapatkan  agama semuanya
Yakni kepahaman   seperti Nabi dan sahabat

****
Orang yang menjaga dakwah dan jihad
Akan selalu dibimbing oleh Alloh
Persis seperti membimbing para nabi dan shabat
Mereka akan mendpatkan wahyu
Yang membimbingnya
Meski mereka bukan  nab

****
Tapi walau bukan nabi
Kedudukan mereka sama dengan kedudukan  nabi –nabi bani Israel
Mereka lebih mulya daripada 40 atau 50 sahabat
Jika ada


Amal Yang Berkulaitas


Amal Yang Berkulaitas
                                       
Agar amal kita berkualias mengharuskan 6 perkara:
1. Amal kita diperintahkan oleh Allah
2. Amalan kita dicontohkan oleh Rasulullah
3. Mengetahui nilai amalan (fadilah amall)
4. Merasa dilihat oleh Allah
5. Ikhlas
6. Mujahadah