Selasa, 25 Oktober 2011

Parminides: Metafisikawan Tulen Awal dan Akhir

Gagasan inti Parminides adalah: Being is such being. Artinya: Yang ada itu pasti ada. Tafsirnya sebagai berikut. Ada tia jenis konsep “ada”. Pertama, ada wajib. Seperti adanya tuhan. Adanya makhluk mewajibkan adanya khalik (tuhan). Kedua,” ada”, mustahil. Adanya makhluk mustahil tidak adanya tuhan. Ketiga, “ada” mungkin”. Yakni sesuatu yang secara akal, mungkin ada dan mungkin tidak ada. Seperti adanya alam. Adanya alam adalah mungkin ada atau munkin tidak ada. Yang jadi soal, Parminides hanya mengajui “ ada” wajib. Sedngkan yang “ ada mungkin” apalagi “ada mustahil” dianggap tidak ada. Dengan kata lain, Parminides  hanya mengakui yang “ harus ada”  menurut akal. Apa saja di luar ada mutlak dianggap tidak ada. MUngkinkan Parminides  hanya mengakui Tuhan saja sebagai yang ada? Boleh jadi. JIka yang dimaksud “ ada “ itu adalah tuhan.
            Konsekwensi dari teori ini adalah “ ada “ itu bersifat satu, tetap  dan tidak berubah, apalagi tidak ada.  Sebab bila ada itu lebih dari satu, menjadi dua misalnya, mengisyaratkan adanya proses dari ada menjadi tidak ada dan menjadi ada kembali. Hal itu tidak mungkin. Ada juga tidak berubah. Sebab perubahan menyatakan ketiadaan.
            Buku yang terkenalnya adalah : Jalan benar dan Jalan Sesat. Jalan benar adalah logika dan jalan sesat adalah indera.
            Murid  Parminides yang paling terkenal adalah Zeno. Zeno membuktikan kebenaran teori gurunya: bahwa segalanya adalah diam, satu, tetap dan berubah. Yang ada itu pasti ada , yang tidak ada pasti tidak ada. Panah yang lepas dari usurnya adalah dia, tak bergerak. Panah itu sebenarnya selalu dalam keadaan diam. Diam, di sana, diam di sini. Dan setersnya. Jadi tidak ada gerak. Yang ada kumpulan diam. Karenba yang ada kumpulan diam, maka panah itu sesungguhnya adalah diam. Apapun yang terjadi dalam dunia indera dari akibat gerak panah adalah ilusi. Bukan sebenarnya.
            Pun demikian Achilles. Seorang pelari tercepat dalam legenda Yunani. Dia tidak akan bisa mengejar kura-kura. Meski kura-kura itu boyot. Karena yang dilakukan Achilles adalah sejumlah rangkaian diam. Bukan lari.
            Saya tambahkan, tentang sebutir atom.  Atom dipecah jadi dua.Dipecah lagi jadi dua. Dipecah lagi jadi dua. Dipecah lagi….dipecah lagi dan seterusnsya ….. Tetap saja atom itu selalu bimsih bisa dipecah. Hingga tiada akhir. Akhirnya disimpulkan atom itu tidak dapat dibagi dua, apa lagi lebih. Dan sesuatu yang tidk dapat dibagi adalah satu, tetap, diam dan tak berunah. Sebenarnya indera telah menipu kebanyakan manusia. Begitu kira-kira kata Parminides.
            Pesan moral dari teori ini aalah hendaknya manusia jangan tertipu oleh dunia. Jangan berpdeoman pada dunia pengalaman emirik yang senantisa berubah. Pedoman manusia yag sesungguhnya adalah akal.
            Pandangan monisme ini kelak berpengaruh kuat pada Plato. Di antara filosuf Yunani kuno, hanya Parminides yang sangat dikagumi Plato. Parminides, merupakan filosuf pertama sesunggunnya dalam pengertian modern. Dialah peleteak dasar metafisika “ ada”. Dialah filosuf sesunggunya baik dalam penegrtian klasik maupun modern. Wallahu a’lam bihaqiqotil murad

Rabu, 12 Oktober 2011

Teori Hermeneutik

Teori Hermeneutik

     Ada empat teori hermeneutika. Teori Romantik. Saya menyebutnya sebagao teori historis. Pandangan ini menyatakan, untuk menafsirkan teks mestilah mengetahui sejarahnya ketika teks itu diturukan. Selain itu yang lebih penting mengetahui secara persis pa yang dimaksud oleh pengarang. Teori ini sangat digemaari oleh kaum teolog konserpatif. Dalam dunia Islam teori ini identik dengan Ilmu Asbabun Nuzul. Atau bila berkaitan dengan Hadist disebut Ilmu Asbabul Wurud. Ini yang pertama.
Kedua, teori teks. Di sini penafsir kitab suci atau teks lainnnya tidak menghiraukan aspek historis, melainkan hanya terpukau pada teks. Pendekatan bahasa yang sangat dominan dalam teori ini. Dalam ISlam Zamakhsayari dan Quraisy Syihab banyak melakukan pendekatan ini.
      Ketiga, teori pembaca. Dalam mazhab ini yang menjadi fous adalah sang penfsir itu sendiri. Penfsir tidak lagi harus terikat pada teks dan  dan sejarah, melaikan mengambil hikmah adri teks itu sendiri. Saya menyebut hal ni sebagai penafsiran idiologis. Dikatkan demikian karena sang penafsir mempunyai kepentingan untuk merekayasa masa depan umat manusia. Sepertinya para teolog kontemporer tertarik pada pendektan ini. Di dunia muslim kita mengenal Arkon dan Syri'ati yang banyak menerapkan teori ini. Sehingga ada kesan teorinmya tidak menyejarah dan eksotik. karenanya banyak mendapat hambatan sosiologis dari kaum ortodoks. Di Indonesia Cak Nu dan Gur, yang juga kemudian JIL, tertarik pada mazhab ini. Mazhab UIN saya pikir mausk ke dalam kataegori ini.
      Keempat, teori curiga. Teori curiga dikemkakan oleh Karl Marx dan Freud. Marx melihat teks dari analisis  pertentanga kelas. Marx melihat selalu ada dua kelas dlam masyarakat yang selalu bertentangan. Yang satu berkuasa, dan yang lain ditindas. Marx menelusuri  asal-usul sebuah teks. Apakah teks inilahir dari kelas penguasa atau dari kelas tertindas. Kalau muncul dari kelas berkuasa itu namanya idiologi. Dan idiologi disini dimaksudkan sebagai kesadaran palsu. Sebuah pandangan untuk menindas kaum lemah. Dari aspek inilah mengapa Marx menyebut kitab suci tidak lebih dari sekadar candu masyarakat. Untuk spaya terhibur dari penderitaannya. Dan pada kenyataannya teks-teks ini didominasi dari kelas penguasa.
      Freud agak sedikit menggelikan dan realistik. Menurut Freud apapun yang dilakukan manusia tidak lebih dari penyaluran sex dan cara merebutnya. Seks merupakan energi terbesar dalam diri diri manusia. Sebagaimana dalam teori kekekalan energi dalam fisika, pun demikian energi libido. Dia tidak hilang apa lagi usnah. Dia selalu hidup dansenantiasa bergerak. Maka diperlukan saluran. Saluran itu bisa dalam bentuk macam-macam: pemikiran, ucapan dan tindakan. Atau lebih luas lagi muncul dalam sebuah karya. Karya sebuah teks misalnya. Jadi apapun yang dilakukan manusia termasuk dalam pembuatan teks, tidak lebih dari dorongan libido yang mengjawantah dalm banyak aspek kehidupan. Kalau begitu, manusia ini nasibnya sangat lucu dan menggelikan. Tapi itulah fakta yang harus dipertimbangkan.
      Disadur dari kuliah Prof. Dr. Bambang Sugiarto,20 September 2011