Minggu, 15 November 2020

CORONA DALAM ISLAM

Corona dalam Islam sama dengan tho'un .. Tho'un adalah penyakit menular yang meyebabkan kematian. Dalam mitos Islam, misalnya dalam kitab Hushunul Hamidiyyah, Thoun merpakan penyakit yang diakibatkan oleh pukulan jin. Untuk mengatasinya, Nabi mengajarkan isolasi masal bagi daerah yang terkena tho'un. Juga orang luar tidak boleh masuk.Dalam Alqur'an istilah min diyarihim wa hum ulufun hadzaraol maut, menagcu pada penyakit tho'un pada masa Bani Israil.Namun Bani Israeil salah, ketika disuruh oleh nabinya untk tinggal di rumah , malah mereka berduyun-duyun kabur. Akibat pembangkangan ini, mereka yang kabur, dimatikan semuanya.

Senin, 11 Mei 2015


India Pusat Islam
    Media Umat HTI merilis salah satu badan riset USA yang menyatakan pada tahun 2050 India akan menjadi mayoritas Islam di dunia (April, 2015), disusul Pakistan. Baru kemudian Indonesia.
Berita ini ada kaitannya dengan gerakan Jamaah Tablig yang berpusat di India. Kini (2007) umat Islam I India sudah mencapai 30 peren penduduk India. Syekh Maulana Sa'ad berkata "selama 13 tahun terakhir (2007) konversi Hindu atas Islam mencapai 59 juta jiwa". Byangkan jika sampai 2050. Ini jelas dampak dari gerakan Tablig di India dan dunia.

Jumat, 15 Februari 2013

Tiga Jenis Do'a
Menurut Syek Akkbar  Muhyidin Ibnu Arabi, permintaan kepada Allah itu ada tiga macam: dengan ucapan (billafdi), dengan tindakan (bil hal) dan dengan isti'dad (kesiapan). Menurut Ibnu Arabi, ketiganya adalah merupakan tiga jenis do'a kepada Allah. Nah, sekarang bagaimana mengatur posisinya?

Menurutnya, ketika kita punya hajat kepada Allah, yang harus didahulkukan adalah berdoa dengan hal (tindakan) . Lalu kemudian disusul dengan persiapan (isti'dad). Baru terakhir dengan lisan. Meminta dengan lisan inilah yang secara konvesi disebut do'a. Meski berdo'a dengan lisan harus disimpan di akhir ikhtiar, tapi derajatnya sangat tinggi. Berdoa dengan lisan merupakan puncak tertinggi kerohanian.

Sebagai ilustrasi, penulis gambarkan sebagai berikut. Misalnya kita bercita-cita ke Mekkah (haji). Pertama yang mesti dilakukan adalah bekerja. Dagang, buruh, tani, dll. Ini yang dimaksud berdo'a dengan tindakan. Kedua, ita menabung. Misalnya kita habiskan  rokok 2 bungkus perhari, seharga 20.000. Lalu yang sebungkus kita tabung. Hasail tabungan itu dalam setahun mencapai 3.600.000. Itu artinya cukup untuk DP haji. Maka dalam jangka 10 tahun kita sudah bisa ke Mekkah. Proses nabung ini dinamakan dengan isti'dad.

Yang seringkali di kalangan  masyarakat, mengartikan doa sebatas pada lisan. Implikasinya, seorang muslim menjadi pemalas dan pengangan-angan. Kurang rajin bekerja. Pada menurut Ibnu Arabi, sesengguhnya berdoa dengan lisan tidak punya dampak (la atsaro laha). Padahal yang semestinya adalah berdoa terlebnioh dahulu denmgan tindakan dan kesiapan, baru berdoa dengan lisan. Kalau kita sebatas pada lisan, kita tidak lebih berangan-angan (Ibnu Arabi, Fushus al-Hikam hal. 202).


Senin, 19 November 2012

Dzikir-Ibadah

Dzikir-Ibadah merupakan salahsatu ajaran terpenting dalam Jamah Tablig. Dari 4 hal yang harus diperbanyak salahsatunya adalah dzikir-ibadah. Mengapa Syekh Ilyas menyatukan antara dzikir dan ibadah. Sebab ibadah tanpa dzikir adalah lalai. Ibadah tanpa dzikir adalah kosong. Kering. Tak punya makna. Ibadah tanpa dzikir tidak diterima oleh oleh Allah. Oleh karena itu, rukun sholat dalam tashouf adalah khusyu. Tanpa khusyu, maka shalatynya tidak sah. tertolak.

Sebaliknya jika dzikir tanpa ibadah adalah kacau dan ngawur. sebab dzikir mesti nempel dalam ibadah. Jadi kalau tidak beribadah, dzikir mau nempel kemana. Dziikir menjadi tidak punya wadah. dzi8ikrnya tidak akan mendatngkan nur. Sebab dzikir akan mendatanghkan cahaya jika bertemu dengan amal ibadah. Jika dxziir adalah kutub negatif maka ibadah adalah kutub posisitf. Gabungan dua kutub ini mengahsiklkan cahaya yang mampou mengantarkan seorang salik kepada makom ma'rifat. 

Maka adalah penting bagi seorang salik mengetahui perintah-perintah Allah Ta'ala sesuai dengan suasana dan keadaan. Jika tidak demikian khawatir, mengamalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah sedang dalam hatinmya dalam keadaan dzikir. Ini tentunya menjadi amalan bid'ah. Yang menuntunya ke jurang zindik. ZIindik adalalah  membuat hal baru dalam agama. Dikurangi atau ditambah.

Jumat, 16 November 2012

DUA MA'RIFAT

Ma'rifat kepada Allah itu melalui dua jalan: Jalan akal dan jalan hati. Ma'rifat dengan akal dibahas dalam ilmu tauhid (aqo'id). Sedang marifat  dengan hati dibahsa dalam ilmu tashwuf (tarikat). Ma';rifat kepada Allah melalui akal sifatnya tidak langsung. Yakni melalui dalil. Dalil adalah mengetahui sesuatu dengan sesuatu yang lain (idroku syai bi syaiin akhor) . Sedanga ma'rifat melalui hati melihat Allah secara langsug, bila kaifiyyatin wala zamanin (tidak dengan "bagaimana dan kapan). Sebab Allah mahas suci dari terkurung oleh ruang dan waktu. Tulisan ini selanjutnya hanya akan membahas ma'rifat dengan hati, yang merupakan garapan dari ilmu tashowuf.

Bagamimana cara ma'rifat kepada Allah? Sebagaimana kita ketahui dalam "Jubad" , bahwa  yang pertama kali wajib kepada manusia mukallaf adalah mengatahui Allah dengan yakin. (awwalu wajibnin ala al-insani ma'rifatul iklahi bistyiqoni). Jadi mengatahui Allah merupakan perkara terpenting bagi seorang mukallaf baik dalam ilmu tauhid yang bersifat eksternal (akliah dan nakliah) maupun secara internal ( rasa dan pengahayatan, sebagaimana dalam tashawuf.).

Cara ma'rifat melalui ilmu  tauhid dengancara belajar dari seorang guru atau melalui kitab (membaca). Dengan cara mengetahui dalil-dalil akli dan naqli sekaligus. Dalil naqli saja tidak cukup. Mesti ditopang oleh dalil aqli. Saking pentingnya dalail aqli, tidak sah iman seorang mukallaf jika tidak tahui dalil akal menganai tuhan. Imamnya, iman taklid. Dan karena itu tidak sah.

Sedangkan mengatahui Allah Allah melaluii hati. dengan dua cara. Yaitu memperbanyak dzikir kepada Allah dalam setiap suasana dan keadaan, dan mengendalikan hawa nafsu agar senantisa menta'ati Allah. Dua hal inilah yang menyampaikan seseorang bisa sampai kepada Allah. Bosa sampai ma'rifat kepada Allah. Tidak hanya ma'rifat (mengartahui) Allah saja,melainkan berupa ilmu kenabian dan laduni, yang tidak didapat melalui pengindraan dan penalaran akal. Maka semakin tawajuh seseorang dalam dzikir dan semaikn mujahadah dalam nafsu untuk mentaati Allah, cahaya ma'rifat itu semakin besar. Dan rahjasia ilmu-ilmu ketuhananpun semakin terbuka lebar. Inilah yang menurut Syekh Abdul Qodir Jailani, penghulu para aulia dan Imam Ghozali,penghulu ulama tashawuf, ilmu yang lebih banyak bermanfaat daripada ilmu dhahir. Ilmu msemaca ini lebh murni dan lebih jernih karena keluar dari dari dalam sumur hati. Air itu keluar karena penghgalian ruhani yang mendalam. Berbeda dengan ilmu syari'at yang laksana air hujan atau air sungai. Ia masuk dari sebelah luar baru msuk ke dalam hati. Hasilnya air semacam itu tidak sejernih dan sebersih air yang murni dari dalam sumur. Wllahu a'lam.

Minggu, 26 Agustus 2012

Potensi Manusia

Konon kemapuan manusia tidak digunakan secara maksimal. Umumnya manusia hanya menggunakan sekitar 5 persen saja. Lima persen ini konon mampu meraih lima gelar profrsor dan lima bahasa. Betapa hebatnya manusia. Bagaimanakah jka manusia mampu menggunkan kecerdsannya sampai 100 persen.Wow! Betapa menakjubkan. Lalu bagaimana menangaktifkan setumpuk kehebatan manusia itu. Supaya maksimal manusia harus memohon kepad Allah. Hanya Allahlah yang mampu mengaktifkan secara maksimal kmapuan kita. Perlu pendekatan mistis dan ruhani untuk sampai ke arah ini.

Lalu apa pula tantangan manusia, hingga sulit memaksimalkan diri? Jawabannya tidak lain adalah hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang menuntun manusia ke juang kerendahan, kerendahan dan kebodohan. Silahkan mencoba!

Sabtu, 26 Mei 2012

Ritual Wahabi


Beberapa Ritual Wahabi
Yang Tidak Rasional  


Inilah beberapa ritual ibadah wahabi yang tidak rasional dan sekaligus tidak sesuai dengan tujuan syari'at.
1. Menggerakan telunjuk ketika tahiyyat. Gerak dan khusyu adalah dua hal yang tiak bisa bersatu. Karena itu kata Nabi -- ketika melihat sahabat yang banyak bergerak -- kalau hatinya khusyu niscaya tidk akan bergerak-gerak. Menggerakan  telunjuk dalam tahiyat sama sekali tidak mendatangkan khusyu. Sedang  khusyu dalam dalam shalat merupakan tujuan yang hendak dicapai. Selain dirinya tidak khusyu, juga mengganggu orang lain, karena sama-sama tidak khusyu. Karena tabi'at manusia akan tertarik pada benda-benda bergerak.  Mengapa Wahabi -Salafi memilih Hadist yang menggerakan telunjuk. Padahal ada Hadist lain yang sesuai dengan tujuan shalat dan lebih rasional. Walaupun sanad hadist itu lebih terpercaya, namun dho'if secara matan, tidaklah bisa dipercaya.

2. Tarawih 11 raka'at. Hadist Siti Aisyah menyebutkan Nabi SAW melaksanakan shlat taraweh 11 rakaat dan di rumah. Matan hadist itu sangat rancu. Pertama, shlat witir jumlah kesempurnaannya adalah 11 rakaat. Dan paling minimal satu rakaat. Dan pasti Nabi setiap hari melaksanakan 11 rakaat shalat witir. Jadi witir 11 rakaat bagi Nabi merupakan harian yang wajib dilakukan bagi dirinya. Dan Nabi pasti mengambil jumlah rakaat yang paling sempurna: 11 rakaat. Jika Nabi melaksanakan tarawih 11 rakaat, itu artinya Nabi tidak melaksanakan Tarawih secara kuantitatif. INi bertentangan dengan anjuran Nabi agar memperbanyak jumlah shlat tarawih pada bulan Romadhan. Sama sekali tidak rasiona. Sekali lagi meski rawi hadist itu  tsiqot, namun tetap saja secara matan  adalah dhoif. OLeh  karena itu menurut Muhammad Abduh, hadist yang demikian tidak bisa dijadikan pegangan.
3. Adzan Awal  shalat Jum'at.  Adzan awal konon tidak dilakukan pada zaman Rasulullah. Tapi kemudian Ustman Bin Affan yang melakukan. Jika riwayat ini benar, wahabi-salafi harus memahami tentang sunnah sahabat. Bukankah Nabi memerintahkan untuk tidah hanya mematuhi  sunnah Rasulullah saja, namun juga sunnah sahabat. Mengapa sunnah sahabat menjadi sangat penting? Pertama, sahabat merupakan orang termulya dan terbaik dari generasi umat ini. Tak akan pernah ada kurun yang melampaui keutamaan sahabat. Terlepas dari kesalahan sahabat yang manusiawi. Kedua, para sahabat adalah orang yang paling paham memahami ajaran agama. Karena sahabat melihat Nabi dalam memperaktekkan agama. Bukan sekadar "katanya" seperti tabi'in. Jadi pemahamannya sangatlah tepat baik yang tersurat maupun tersirat. Meskipun adzan tiak dilakukn oleh Nabi namun menjadi baik bahkan keharusan, ketika adza itu sesuai dengan tujuan syari'at. Hukum sebenarnya tidak berubah. Namun keadaanlah yang berubah. Oleh karena itu kata Ibnu Taymiyyah : alhukmu biqodril amkinah wal azminah (hukum itu berlaku sesuai kondisi ruang dan waktu). Atau menurut kaidah Ushul: alhukmu yaudrru ma'a illatihi wujuda wa adaman (hukum itu berlaku sesusi ilatnya). Terbukti Anda bisa melihat dampak madharat dari adzan sekali terutama pada hari ini. Sepertiga kaum muslimin di kota-kota mendatangi jum'at setelah imam naik ke mimbar. Dan ini bahaya karena tidak tercatat sebagai orang yang shalat jum'at oleh malaikat, hakikatnya oleh Allah. Namun menjadi kecil madharatnya ketika dilakukan adzan awal.
4.Adzan ashar langsung komat.Wahabi sepertinya salah memahami matan hadist. Bolehlah, andaikan Nabi tidak menganjurkan shalat ashar, seperti yang Anda pikirkan. Tapi ingat bukan berarti dilarang menunggu shalat. Meski wahabi tidak suka shalat sunah, tapi kan bisa mengisi kegiatan dengan dzikir yang lain yang bukan sholat, seperti baca Qur'an, tasbihat dn lain-lain. Jadi bukan sama sekali tidak ada jeda waktu. Kalau betul-betil tidak ada jeda antara ashar dan komat, lalu untuk apa diadakan panggilan adzan ke[ada kaum muslimin. Dampak buruk dari tada jeda ini, sholat berjamaah kaum muslimin menjadi acak-acakan. Tidak serempak. Saya kira Nabi terbiasa menunggu shalat Isya sampai waktyu sahur. Jadi benar-benar tidak rasional jika jeda waktu antara adzan dan komat ditiadakan. Menunggu jeda setelah adazan adalah keharusan secara rasioanl karena untuk menunggu jama'ah. Sedang shalat kobliyahnya tidak mesti.