Senin, 30 April 2012

Tiga Madrasah


TIGA MADRASAH


Para masekh (mayaikh) sering managatakan pentingnya tiga jenis madrasah di tengah-tengan umat. Ketiga madrasah itu adalah: tahfidz, alim dan dakwah.

Pertama, madrasah tahfidz. Fungsinya adalah untuk menjaga keaslian Qur’an. Dengan para hufaadz inilah otentisitas Qur’an terjaga secara isnad yang sampai hingga ke Rasululullah SAW.

Kedua, madrasah alim. Fungsinya untuk menjaga kelestarian ilmu-ilmu keislaman sebagai mana tercantum dalam Qur’an, Sunnah dan atsar sahabat. Titik tekan hafidz pada lafadz Qur’an. Sedang alim pada isi ilmu agama Islam.

Madrasah dakwah. Ini fungsinya sangat penting, yaitu menjaga amal agama supaya mudah dikerjakan. Adapun hukumnya sebagai berikut. Mendirikan madrasah tahfidz, hukumnya adalah fardhu kifayah. Jadi kalau di suatu kampung tidak ada seorang pun yang hafidz Qur’an, maka seluruhnya berdosa. Madrasag alaa alim pun demikian juga, hukumnya fardhu kifayah. Sedang mendirikan madrasah dakwah adalah wajib ain. Artinya wajib bagi setiap muslim yang mukalaf. Jika tidak, dosanya dipikul oleh masing-masing manusia. Namun ada yang mengatakan, kalau niatnya untuk memperbaiki orang lain, hukumnya kifayah. Sedang jia tujuannaya meperbaiki diri sendiri menjadi wajib ain. Madrasah  dakwah itu adalah keluar di jalan Allah, khuruj di sabilillah selama waktu tertentu. Hanya dengan cara inilah agama akan mudah dikerjakan.

Fadhilah Memakmurkan Mesjid


Fadhilah Memakmurkan Mesjid
Oleh: Mang Aziz Hakim, M. Ag

1. Diberi iaman oleh Allah. Sehingga dengan iman ini manusia bias berbahagia di dunia dan terlebih di akhirat kelak. Indikasi dari ian antara laina adalah, semangat untuk megamalkan ibadah secara istiqomah. Amal agama atanapa ian akan terasa berat. Tapi dengan iman segalanya akan mejadi udah dan ringan. Meski oranglain menilai, sebagai sesuatu yang tidak mungkin.
2. Selain iman kepada Allah, juga ada sifat yakjin akan hari akan hari akhir. Dengan keyakinan pada hari inilah manusia bias mengendalikan dirinya haya untuk melakukan kebaikan. Karena yakin suatu saat Allah akan menghisab segala mal perbuatannaya di  akhirat  kelak. Keimanan pada Allah dan hari akhir, merupakan pondasi iman yang paliang mendasar dari rukun ian lainnya.
3. Diberi oleh Allah kekuatan untuk senanntiasa shalat berjamaah. Shaalat berjamaah secara istiqomah memerlukan iman yang memadai. Tanpa itu shalat berjamaah secara istiqomah mustaahil bias berjalan. Hanya keke\uatan imana lah yang bias menjadikan seseorang untuyk senantiaasa istiqomah. Dan keistikomahan ini sangat tidak tergantung pada ilmu, betapaun lamamnya ia menunutu ilmu, di pesanatern misalnaya. Sungguh tidak ada kaitan antara ilmu dengan amal. Ilmu dan amal hanya aberfungsi sbagai pengarah agar beramal sesuai dengan tuntunan Allah. Namun untuk gairah beramal mutlak diperlukan iman. Tidak yang lain-lain.
4. Kekuatan mengeluaran zakat. Zakat diwajibkan kaum muslimin muali dari 21/2 % sampai 20%, tergantung usahanya. Ini  menununjukan orang yang memakmurkan mesjid akan diberi kekayaan yang berkah. Tanda kekayaan adalah mampu mengeluarkan zakat. Tak mungkin rang melarat ditaklif untuk mngelurakan zakat.
Oleh arena itu Rasulullah SAW, 
4. Kekuatan mengeluaran zakat. Zakat diwajibkan kaum muslimin muali dari 21/2 % sampai 20%, tergantung usahanya. Ini  menununjukan orang yang memakmurkan mesjid akan diberi kekayaan yang berkah. Tanda kekayaan adalah mampu mengeluarkan zakat. Tak mungkin rang melarat ditaklif untuk mngelurakan zakat.
Oleh arena itu Rasulullah SAW, mentargib keluarga dan sahabatnya untuk memperbaiki shalat ketika dilanda kesusahan rezki.
5. Dikarunia sifat ihlas. Al-Qur’an menyebutnya “walam yakhsya illah” (tidak takut keuali kepada Allah). Allah hanya akan menerima amalan manusia yang ihlas. Dan tanada iohlas adalah istiqomah dalam amal. Sehingga dengan istiqomah dia kan mejadi khusnul khotimah.
6. Mendapat hidayah. HIdayah adalah petunjuk Allah untuk melakukan amal agama. Sedang lawannya adalah sesat, dalam arti senantiasa berada di dalam jalan setan dan hawa nafsu. Demikian.

ALQOMAH: SUSAH SEKARAT


ALQOMAH: SUSAH SEKARAT
Oleh : A. Hakim, M.Ag

            Suatu hari Rasulullah melayad sahabat yang sedang sakaratul maut. Sahabat itu bernama Alqomah. Beliau dikatakan sebagai seorang ahli ibadah dan puasa. Nabi pun mendekatinya, seraya mentalqinkan kalimat laa ilaha illah ke telinganya. Tapi aneh. Setiap Nabi menyuruh mengucapkan kalimat itu, Alqomah selalu gideg (menggeleng). Menandakan ia tak mampu mengucapkannya. Beberapa kali dicobanya, namun Alqomah tetap tak mau mengucapkan kalimat thayibah itu. Nabi pun keheranan, mengapa Alqomah sebagai sahabat yang rajin beribadah dan puasa itu tak mampu mengucapka kalimat laa ilaha illallah.
            Akhirnya Raslullah menanyakan perihal itu kepada ibunya. “Mengapa Alqomah sulit mengucapkan laa ilaaha ilallah dalam sakaratnya? Ibunya menjwab: “ Wahai Rasulullah, benar Alqomah seorang yang saleh dan ahli ibadah. Namun ada satu perbuatan yang sangat menyakiti saya”.
“ Perbuatan apa itu”?
“ Setiap dia membawa oleh-oleh dari bepergian senantiasa mendahulukan istrinya. Sedang aku sebagai ibunya selalu diakhirkan. Dengan tindakan itu, hatiku  sangat sakit. Dan aku tidak akan memaafkannya”.
            “ Betul kamu tidak akan memaapkannya?”
“ Betul ya Rasulullah”.
“Kalau begitu, kata Rasulullah, suruh para pemuda untuk mengambil kayu bakan di hutan. Kemudian nyalakan. Dan bakar Alqomah di dalam nyala api”
            Mendengar ucapan Rasulullah itu, ibunda Alqomah merasa ngeri dan kasihan.     “Kalau begitu, saya akan memapkannya sekarang , ya Rasulullah”. Setelah itu Alqomah pun dengan mudah bisa mengucapkan laa ilaaha illah dalam sakaratnya.



Bayi Bisa Bicara
Oleh : Ajid Hakim, M.Ag

            Dalam Kitab Riyadhussalihin, dikatakan: ada dua bayi yag bias bicara. Bayi itu adalah bayinya Nabi Yusup dan bayi Juraij.
            Siapa itu Juraij? Juraij adalah seorang abid (ahli ibadah). Hingga pada suatu hari. Ibunya dating untuk menjenguknya. Namun Juraij sedang sholat. Ketika ibunya memberi salam, Juraij tidak membalasnya. Mlah asik terus mengerjkan shalat. Hingga ibunya pun pulang. Hari kedua, ibunda Juraij mendapat perlakuan yang sama. Hari ketiga pun mendapat perlakukan yang sama.
            Dengan peristiwa itu, Ibunda Juraij menjadi sakit hatinya. Akhirnya di relung hati yang paling dalam, Juraij mendoakan keburukan terhadap Juraij, anaknya. “ Ya Allah, ujilah anakku dengan dipermalukan di depan umum”. Demikian do’anya.
            Keesokan harinya, ketika Juraij sedang beribadah di altarnya, datanglah seorang dongdot (pelacur). Pelacur itu berusaha menggoda Juraij untuk melayani nafsunya. Juraij bertahan. Tidak bergeming sedikitpun dari rayuan pelacur itu. HAri kedua, pelacur itu melancarkan rayuan lebih dahsyat lagi. Ia mempertontonkan auratnya. Tanpa mengenakan busana sehelaipun. Dalam keadaan telanjang, Juraij terus dirayunya. Tapi luar biasa, juraij tak sedikit bergeming. Malah ia mengusir dan menghardik pelacur itu. Hingga pelacur itu pergi. Hari ketiga pun, pelacur itu mendapat perlakuan yang sama dari Juraij. Sama seperti hari-hari biasa.
            Sakit sekali hati pelacur itu. Ia menjadi dendam. Ia berniat membinasakan Juraij. Untuk melancarkan niat busuknya, pelacur itu berzina dengan seorang anak gembala. Dari perzinahan itu lahirlah seorang bayi.
            Masyarakat pun geger dengan kejadian itu. Mereka bertanya anak dari siap itu. Pelacur itu menjawab: anak ini merupakan hasill hubungan gelap dengan Juraij. Maka kasus itu pun sampai ke telinga Juraij. Atas perintah raja, Juraij pub ditangkap, digiring rame-rame ke hadapan raja. Cacian dan makian habis menimpa Juraij. Masyarakat percaya saja pada omongan masyarakat tanpa melalkukan pembuktian telebih dahulu.
            Sesuai hukum kerajaan, Juraij harus diranjam sampai mati. Ranjam adalah hukuman mati dengan cara  lempari batu oleh orang banyak. Namun sebelum hukuman itu dijalankan, Juraij megajukan sebuah permintaan. Permintaan itu adalah shalat dua rakaat.
            Juraij pun dengan harap-harap cemas dan menangis, khusu melaksanakan shalat. Memohon kepada Allah, siapa yang telah berzinah dengan perempuan itu, hingga melahirkan seoang anak. Juraij yakin, bahwa ia tidak bersalah sama sekali.
            Sehabis shalat. Keaajaiban pun terjadi. Bayi yang sedang digendong pelacur itu mendadak bisa bicara. Bahwa yamg menzinahi placur itu adalah anak gembala. Dan aku inilah anaknya.

Penulis adalah Dosen pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Bandung. Tinggal di Lembang Bandung. Tlp 082115436791/022.70453303. Email: ajidhakim@gmail.com
           

Pesantern dan Terorisme


Pesantren dan Terorisme


            Ada dua jenis pesantren di Indonesia. Pertama pesantren sunisme dan kedua pesantren wahabisme. Kedua pesantren memiliki perbedaan yang tajam, antara lain: Sunisme, dalam memahami pesan keagamaan mempuyai mata rantai yang tidak putus  Qur’an – Sunnah – Ulama Salaf – dan akhirnya Ulama Kholaf. Pesantren wahabisme tidak demikian. Ia mencukupkan sumber agama pada tek, bukan pada manusia. Yakni sebatas tek Qur’an dan Hadist saja. Hadist pun yang cukup dengan Kitab Bukhori dan Muslim saja. Sedang kitab Hadist standar yang pernah ada dalam sejarah Islam ada 30 judul yang ditulis oleh 30 pengarang yang berbeda.
            Kedua, dalam pemahaman keagamaan. Suni bersikap elegan dan elastic dalam memahami Islam. Sunisme selalu menghubungkan antara teks dan konteks. Hasil dari pemahaman dialektik ini adalah pemahaman agama yang bersifat gradual dan berorientasi kepa maslhat umat. Wahabisme tidak demikian. Mereka hanya terpaku pada teks tanpa mendialogkan dengan konteks. Ini bisa ditebak akan terjadi pemahaman yang tegas dan kurang bijaksana. Mereka akan cenderung melaksanakan hukum agama tanpa bertahap dan menggunakan kekerasan, jika hidup dinegara mayoritas muslim. Disangkanya, mayoritas muslim sama dengan mayoritas muslim pada zaman keemasan Islam. Pdahal ada perbedaan tegas antara muslim kelasik  pada masa jaya dan muslim kontemporer. Muslim klasik didasari dengan keimanan dan suasana masyarakat yang islami. Sdang muslim modern, mereka hidup tanpa keimanan kecuali sekedar ngulit bawang. Pradaduga yang salah inilah yang menjadi masalah besar kaum muslimin dengan Negara dan juga dengan hegemoni internasional yang kini dkendalikan ras Yahudi dan kaum Palang. Terorisme sebenarnya bisa berakar dari sini.
            Ketiga dari segai sejarah. Pesantren Sunisme sudah lahir sejak abad ke-16 M yang dirintis oleh Wali Sango. Konsep ini dibuat dalam rangka penyebaran pemahaman Islam ke seluruh Nusantara. Sedang pesantren Wahabi lahir pada awal abad ke-20. Persis dan dan Al-Irsyad adlah dua contoh pesantren Wahabi klasik. Pesantren Wahabi yang sebenarnya lahir setelah Perang Ambon pada zaman kita ini. Pesantren wahabi jenis akhir inilah yang banyak melahirkan terorisme. Karena oemahaman agama yang salah. Pemahaman agama yang potong kompas. Pemahaman agama yang tidak mengapresiasi ulama dan tidak memahami konteks social dimana agama itu diterapkan.
            Keempat, Pesanteren Sunisne berasal dari dunia Arab pertengahan yang meliputi Jazirah Arab (Mekkah-Madinah), Persia dan India. Sedang Pesantren Wahabi, lahir baru-baru ini. Merebak dan dan berkembang stelah Perang Ambon.
            Klima, Pesntren Suni  tidak punya aliran dana. Bersifat mandiri. Dan ini merupakan cirri utama pesantren.  Sedang Pesantren Wahabi, dibiayai oleh Arab Saudi, Emirat Arab dan Kwait. Dalam hal ini Saudi merupakan komponen utama dalam suplai dana. Jadi mereka bergantung secara ekonomis. Oleh karena ketika Yahudi internasional dan Amerika memotong aliran dana dari Saudi Arabia 90 persen tutup.
            Keenam, dari segi bahan ajar. PEsantren Suni, memakai  seluruh teks keislaman dari klasik sampai modern. Dari Qur’an sampai Kitab Kuning. Sedang Pesantren Wahabi hanya terbatas pada kedua teks keagamaan: Qur’an dan Hadist dan sangat anti KItab Kuning yang merupakan warisan ulama-ulama salaf dan kholaf.

Sumber Terorisme
            Sumber terorisme sebenarnya lahir dari dua hal di atas: yakni bahan ajar di pesantren dan pemamahaman keagamaan. Oleh karena itu kalau diidentifikasi orang-orang yang terlibat terorisme pasti lulusan pesantren Wahabi itu. Atau setidak-tidaknya berguru secara tidak formal kepada guru yang berafiliasi dengan wahabisme. Kasarnya,  tidak mungkin lahir dari Pesantren NU (sunisme).

Tawaran
Untuk mencegah terorisme yang tidak karuan itu, perlu dikembangkan pemahaman keagamaan yang sunisme yang cirri khasnya adalah pemahaman agama yang inklusif dan sangat mengaresiasi  pemikiran ulama-ulama dari salaf sampai kholaf.

On-Das Capital


Frederick Engels





Tentang
DAS KAPITAL
Marx





















Oey’s Renaissance





Frederick Engels





Tentang
DAS KAPITAL
Marx



Judul asli: On Marx’s Capital
Oleh: Frederick Engels

Edisi Indonesia: Tentang Das Kapital Marx
alih bahasa: Oey Hay Djoen
editor: Edi Cahyono
























Pengutipan untuk keperluan resensi dan keilmuan dapat
dilakukan setelah memberitahukan terlebih dulu
pada Penerjemah/Penerbit

Memperbanyak atau reproduksi buku terjemahan ini dalam bentuk
apa pun untuk kepentingan komersial tidak dibenarkan

Hak Cipta dilindungi Undang-undang
All Rights Reserved

Modified & Authorised by: Edi Cahyono, Webmaster
Disclaimer & Copyright Notice © 2007 Oey’s Renaissance



Frederick Engels





Tentang
DAS KAPITAL
Marx






Alih Bahasa: Oey Hay Djoen













Oey’s Renaissance





Prakata


I S I




viii


I. TINJAUAN TENTANG CAPITAL, JILID SATU
Capital Marx. Dipublikasi dalam Demokratisches Wochenblatt
Karl Marx, Das Kapital. Kritik der politischen Oekonomie.
I Band: der Produktionprozess des Kapitals. Hamburg,
 Otto Meissner, 1867. Ditulis untuk Rheinische Zeitung.
Karl Marx tentang Capital. Ditulis untuk Fortnightly Review.
II. SINOPSIS DARI CAPITAL
K. Marx, Capital. Jilid Satu. Buku Satu
Proses Produksi Kapitalis
Bab I – Barang-barang Dagangan dan Uang
1. Barang-barang Dagangan
2. Proses Pertukaran Barang-dagangan
3. Uang, atau Sirkulasi Barang-barang Dagangan
A. Ukuran Nilai-nilai (Asumsi Emas = Uang)
B. Medium Sirkulasi
      a. Metamorfosis Barang-barang Dagangan
      b. Peredaran Uang
    c. Uang Logam. Simbol-simbol Nilai
C. Uang
      a. Penimbunan
      b. Alat Pembayaran
      c. Uang Universal
Bab II – Transformasi Uang menjadi Modal
1. Rumusan Umum untuk Modal
2. Kontradiksi-kontradiksi dalamn Perumusan Umum
3. Pembelian dan Penjualan Tenaga Kerja
Bab III – Produksi Nilai-Lebih Nisbi
1. Proses Kerja dan Proses Produksi Nilai-Lebih
2. Modal Konstan dan Variabel
3. Tingkat Nilai-Lebih
4. Hari Kerja
5. Tingkat dan Massa Nilai-Lebih
Bab IV – Produksi Nilai-Lebih Nisbi

|  vi  |


1


10

15


39
40
40
43
44
44
46
46
47
49
50
50
51
53
54
54
57
60
64
64
66
68
69
74
77






1. Konsep mengenai Nilai-Lebih Nisbi
2. Ko-operasi
3. Pembagian Kerja dan Manufaktur
4. Mesin dan Industri Modern
    a. Mesin itu sendiri


Tentang Das Kapital Marx  |  vii
77
78

87
87


    b. Penghak-milikan Tenaga-Kerja Melalui Mesin
    c. Seluruh Pabrik alam Bentuk Klasiknya
     c’ atau d. Perjuangan Kaum Buruh Terhadap
     Sistem Pabrik dan Mesin
     c’’ atau e. Mesin dan Nilai-Lebih
Bab V – Penelitian-penelitian Lebih Lanjut mengenai Produksi
             Nilai-Lebih
      III. LAMPIRAN PADA CAPITAL, JILID TIGA
      I. Hukum Nilai dan Tingkat Laba
      II. Bursa Saham
Lampiran. Penyisipan dalam Bab. XXVII, Capital, Buku III
Index Nama-nama


90
93

94
96

99
99
100
121
125
130





PRAKATA

Karya-karya yang dihimpun di sini hanya sebagian kecil dari yang ditulis
Engels sehubungan dengan Capital Marx. Selama lebih setengah abad,
aktivitas kreatif Engels sangat erat terjalin dengan kegiatan kreatif Marx.
Korespondensi para pendiri Marxisme menunjukkan bagian yang sangat
aktifnya yang dipunyai Engels di dalam penguraian sejumlah proposisi
yang paling penting dari Capital dan betapa ia membantu Marx dengan
nasehatnya, informasinya yang faktual dan pernyataaan-pernyataannya
yang kritis. Sejumlah karya cemerlang Engels diabdikan pada
perkembangan dan pembuktian proposisi-proposisi dasar dari doktrin
Marxian. Kerja-sama pribadi Engels selama bertahun-tahun dengan Marx
disusul oleh pekerjaan luar-gbiasa besarnya untuk penerbitan dua jilid
terakhir Capital yang ditinggalkan oleh sang pengarang dalam bentuk
manuskrip, edisi-edisi baru dari jilid pertama dan berbagai karya Marx
lainnya. Sejumlah prakata yang ditulis oleh Engels pada karya-karya
Marx yang diterbitkannya dicurahkan bagi pembelaan doktrin Marx
terhadap musuh-musuhnya.
Ringkasan ini haanya mencakup beberapa karya kecil Engels, yang bebas
bentuknya tetapi ditulis dalam kaitan langsung dengan Capital Marx.
* * *
Bagian Pertama kumpulan ini terdiri atas tiga tinjauan mengenai jilid
pertama Capital. Setelah penerbitan jilid pertama pada tahun 1867, salah-
satu tugas Marx dan Engels adalah mematahkan konspirasi kebisuan
dengan mana burjuasi berharap membunuh benih doktrin yang mereka
benci itu. Suatu persekongkelan kebisuan yang nyata telah menyambut
munculnya karya Marx A Contribution to the Critique of Political
Economy. Jilid pertama Capital diancam dengan nasib yang sama.
Usaha-usaha luar biasa dilakukan oleh rekan-rekan Marx, dan terutama
sekali oleh Engels, untuk menghalau rencana itu. Pers kelas-pekerja pada
waktu itu sangat lemah. Hanya dengan jalan-memutar, lewat pers umum
yang berada dalam tangan burjuasi, ada kdmungkinan untuk
memgbangkitkan perhatian/minat pada buku itu di kalangan pembaca
yang mampu menyumbang dengan menyebar-luaskan gagasan-gagasan
yang dikandung di dalam buku itu. Engels mesti menggunakan banyak
|  viii  |


Tentang Das Kapital Marx  |  ix
akal untuk mengatasi kecurigaan para editor burjuis. Ia menulis sejumlah
tinjauan dalam suatu bahasa yang sungguh-sungguh Aesopian yang sama
licinnya seperti yang mesti dipakai oleh kaum revolusioner Rusia dalam
menulis publikasi-publikasi yang dikenakan penyensoran tsaris. Sensor
bersemangat-kelas dari para penyunting burjuis sebagian mengakibatkan
tidak diterbitkannya karya-karya Engels dan sebagian lagi menjadi
terdistorsinya karya-karya itu.
Tiga dari sembilan tinjauan Engels mengenai jilid pertama Capital
dimuat dalam koleksi ini. Yang pertama dimuat dalam No.12 dan 13,
21 dan 28 Maret 1868, Demokratisches Wochenblatt (Democratic
Weekly), sebuah terbitan sosialis di Leipzig, di bawah redaksi Wilhelm
Liebknecht. Yang kedua dikirim oleh teman Marx Kugelmann, yang
memainkan suatu peranan besar dalam mengorganisasi tinjauan-tinjauan
mengenai Capital, kepada redaktur Rheinische Zeitung yang ketika itu
burjuis-progresif, tetapi tidak dimuat. Tinjauan ketiga ditulis untuk
Fortnightly Review Inggris, di mana Profesor Beesly yang berpikiran
maju (ketua pertemuan internasional di London pada tahun 1864, di
mana pembentukan      Internasionale Pertama diproklamasikan),
mempunyai pengaruh besar. Engels membubuhkan tanda-tangan pada
tinjauan ini dengan memakai nama temannya, Samuel Moore. Hanya
bagian pertama artikel itu yang ditulis, kesimpulannya dimaksudkan
akan menyusul. Nasmun, penerbit dan pemilik jurnal itu menentang
penerbitan tinjauan itu dan artikel itu tidak dimuat.
Bagian Kedua kumpulan ini terdiri atas sinopsis jilid pertama Capital,
yang ditulis oleh Engels. Seperti disebutkan di atas, Engels mengambil
suatu bagian yang aktif dalam seluruh proses karya Marx Capital. Marx
mengirimkan lembaran-lembaran terpisah dari jilid pertama selagi itu
dicetak kepada Engels, dan Engels memberikan suatu pendapat terperinci
atas setiap bab, setiap lembar. Sekali pun begitu, sesegera jilid pertama
itu terbit, Engels membebankan pada dirinya sendiri pekerjaan khusus
dalam meringkaskannya. Dalam sepucuk surat kepada Mars pada 17
April 1868, ia menulis:
Disebabkanterbatasnyawaktuyangadabagiku,makapengikhtisaranbukumumemerlukanlebih
banyakpekerjaandaripadayangakuperkirakan;lagipula,sekaliakumulaimengerjakannya,aku
mestimelakukannyadenganselayaknya,dantidakhanyauntukmaksudsekarangkhususnya.
“Maksud sekarang” yang dimaksudkan agaknya ialah penulisan sebuah


x  |  Frederick Engels
tinjauan untuk Fortnightly Review; namun, sepintas pandang atasd
sinopsis itu cukup untuk menyimpulkan bahwa ia sungguh-sungguh
melakukan pekerjaan itu dengan selayaknya, dan tidak hanya untuk
maksud sekarang khususnya.
Engels hanya mempunyai waktu untuuk meringkaskan empat bab
pertama dari jilid pertama Capital. Mesti kita ingat, bahwa pada edisi
pertama jilid ini dibagi ke dalam enam bab yang pada edisi-edisi
berikutnya disebut bagian-bagian, bab lima dipecah menjadi dua bagian,
sehingga seluruhnya berjumlah tujuh bagian. Keempat bab yang
diringkaskan oleh Engels oleh karenanya sesuai dengan empat bagian
pertama dari jilid pertama        Capital, sebagaimana adanya sekarang.
Selanjutnya mesti diingat pula, bahwa Marx telah membuat sejumlah
tambahan dan perubahan pada teks di edisi-edisi berikutnya dari Capi-
tal. Dalam edisi pertama, misalnya, Marx dalam bab pertama, yang
dimaksudkan untuk barang-barang dagangan, tidak secara khusus
membahas perbedaan antara nilai dan nilai-tukar sebagai suatu bentuk
dari nilai itu; sebagian penting pemaparan mengenai bentuk nilai
diberikan sebagai suatu lampiran pada akhir jilid itu dan tidak
dimasukkan dalam sinopsis Engels. Tinjauan-tinjauan dan sinopsis yang
dibuat oleh Engels merupakan bantuan-bantuan yang tak-terpermanai
gunanya dalam studi mengenai Capital. Sebagian besar dari isi Capital
disajikan dalam kata-kata Marx sendiri. Pusat gravitasnya, di dalam
sinopsi maupun di dalam tinjauan-tinjauan, terletak dalam                   teori
mengenai nilai-lebih, batu-dasar doktrin ekonomi Marx. Engels
meringkaskan teori mengenai nilai-lebih Marx dengan perlakuan khusus,
secara rinci mengkarakterisasi situasi-situasi historis di mana hubungan-
hubungan eksploitasi kapitalis menyebar-luas, kelas pekerja melakukan
langkah-langkah pertama dalam perjuangan dan pertempuran-
pertempuran pertama terjadi antara kerja dan modal.
Sinopsis Engels merupakan bantuan sangat besar dalam mengedapkan
yang paling pokok; ia memancangkan perhatian pembaca pada yang
paling mendasar dan penting. Ia memberikan suatu ikhtisar singkat yang
jelas mengenai masalah-masalah teoritis yang paling penting. Mengikuti
Marx, Engels menunjukkan di dalam sinopsisnya bahwa peralihan dari
satu kategori ke kategori lain bukanlah suatu keganjilan nalar melain
merupakan pencerminan dari proses perkembangan yang sungguh-


Tentang Das Kapital Marx  | xi
sungguh historis. Berpegangan pada tatanan pemaparan Marx, ia
menunjukkan bagaimana, di dalam proses perkembangan historis, modal
lahir berdasarkan produksi barang-dagangan, bagaimana ia
menundukkan pada dirinya sendiri keseluruhan produksi, bagaimana
kerja-sama sederhana digantikan oleh manufaktur dan ini pada gilirannya
digantikan oleh produksi dengan mesin. Engels juga menunjukkan
bagaimana peruncingan kontradiksi-kontradiksi kelas yang imanen
dalam kapitalisme dan penggunaan mesin secara kapitalis membawa
pada mematangnya unsur-unsur penumbangan masyarakat lama dan
pendirian suatu masyarakat baru, yaitu, membawa pada revolusi sosialis
kaum proletariat.
Bagian ketiga koleksi ini terdiri atas sebuah karya yang ditulis oleh
Engels pada tahun terakhir hidupnya dan baru diterbitkan setelah
kematiannya. Karya ini dimaksudkan sebagai suatu suplemen pada jilid
ketiga Capital. Atas perintah Marx, Engels melengkapkan penerbitan
Capital dengan meluncurkan jilid-jilid kedua dan ketiga, mempersiapkan
dan menerbitkan edisi-edisi ketiga dan keempat dari jilid pertama dan
memberikan segala bantuan yang mungkin bagi penerbitan terjemahan-
terjemahan    Capital dalam sejumlah bahasa. Jilid ketiga Capital
meninggalkan percetakan pada bulan Desember 1894. Permunculannya
langsung menimbulkan suatu polemik literer yang ramai. Komplotan
kebisuan dengan mana burjuasi menyambut munculnya A Contribution
to the Critique of Political Economy dan jilid pertama Capital terbukti
menjadi sebuah senjata tidak berguna terhadap Marxisme tahun-tahun
90-an. Pertumbuhan gerakan kelas pekerja dan pesatnya penyebaran
doktrin Marxian menuntut metode-metode perjuangan baru dari kaum
burjuasi. Engels mengikut semua reaksi pers pada jilid ketiga Capital
dengan perhatian penuh. Sekali pun sangat menderita dari penyakit yang
tak-lama kemudian menyeretnya ke liang kubur, ia tidak menghentikan
pekerjaan teoritisnya yang kreatif. Selama minggu-minggu terakhir
hidupnya, penanya membubuhkan coretan-coretan terakhir pada
karyanya yang cemerlang, Suplemen pada Capital, Jilid Tiga. Engels
menyebutkan karya ini dalam beberapa suratnya. Menulisi Kautsky pada
tanggal 21 Mei, 1895, ia memberitahukan pada Kautsky:
SementaraituakuakanmengirimpadamusebuahtulisanuntukNeueZeit...lampiran-lampiran
danadendapada Capital,JilidTiga,No.1:HukumNilaidanTingkatLaba,jawabanpadakeraguan


xii  |  Frederick Engels
SombardtdanC.SchmidtNo.2akanmenyusulkemudian:perananyangsangatsekaliberubah
dariBursasejakMarxmenulistentangituditahun1865.Untukdilanjutkanmenurutpermintaan
dantersedianyawaktu.
Engels hanya berhasil menyiapkan bagian pertama dari kedua baian itu
untuk dicetak. Hanya sebuah ringkasan rencana bagian kedua yang
singkat, yang ditulis oleh Engels untuk dirinya sendir, yang tersisa.
Bagian pertama terbit dalam Neue Zeit segera setelah wafatnya dan
sinopsis singkat Perubahan-perubahan dalam Fungsi Pertukaran tidak
diterbitkan hingga tahun 1932.
Artikel Engels mengenai hukum nilai dan tingkat laba merupakan suatu
tambahan penting pada jilid ketiga Capital dan sekaligus mempunyai
arti-penting yang besar sekali bagi pem,ahaman yang tepat akan teori
ekonomi Marxis secara keseluruhan.Para pengritik Marx yang tak-
terhitung banyaknya menghabiskan bergunung kertas berusaha
membuktikan yang dianggap sebagai kontradiksi antara jilid pertama
dan jilid ketiga dari Capital. Di dalam artikelnya, Engels secara
menentukan menolak mereka dan sepenuhnya membongkar kedok
musuh-musuh bebuyutan Marxisme maupun mereka yang mengenakan
jubah sahabat-sahabat Marxisme dan yang mereduksi nilai menjadi suau
kenyataan logis (W. Sombardt), atau menjadi sebuah fiksi yang secara
teoritis sangat diperlukan (C. Schmidt).
Berangkat dari dalil Marx bahwa nilai, tidak hanya secara teoritis, tetapi
juga secara historis, adalah prius (anteseden) dari harga produksi, Engels
membuktikan permunculan nilai secara dan perkembangan pertukaran,
dan transisi historis dari nilai pada harga-harga historis dengan kelahiran
produksi ketika produksi sederhana barang-dagangan digantikan oleh
kapitalisme. Esai Engels merupakan sebuah conoh yang baik sekali dari
penjelasan materialis sejati mengenai teori nilai Marxian; hingga
sekarang ia tiada duanya sebagai senjata dalam perjuangan terhadap
segala macam distorsi idealistik terhadap Marxisme.
Nilai khusus esai ini yalah karena ia memberikan suatu karakteristik
yang ringkas dan jelas mengenai sifat produksi sederhana barang-
dagangan dan proses transisi/peralihan dari tipe produksi itu pada
kapitalisme. Engels menunjukkan hukum nilai sebagai hukum gerak
produksi barang-dagangan. Ia menggaris-bawahi sangat panjangnya
kurun-zaman di mana hukum nilai itu berdaya-hasil/berlaku. Ia


Tentang Das Kapital Marx  |  xiii
menelusuri kelahiran hubungan-hubungan kapitalis dalam sejumlah
contoh historkal aktual dan membuktikan bagaimana hubungan-
hubungan ini merebut wilayah produksi.
Seperti dikatakan di atas, bagian kedua dari karya terakhir Engels
megenai ekonomi ini, hanya tersisa dlam bentuk sebuah rencana yang
rumit. Di dalamnya Engels menugaskan diriya sendiri membagankan
perubahan-perubahan dan evolusi-evolusi dalam ekonomi kapitalis
selama bagian tiga terakhir dari abad XIX.
Dasawarsa-dasawarsa itu merupakan periode transisi dar kapitalisme
lama dari kurun-zaman pesaingan bebas kepada imperialisme—
kapitalisme monopoli, yang dikarakterisasi oleh pertumbuhan raksasa
dan meruncingnya kontradiksi-kontradiksi sistem burjuis. Sebuah studi
Marxis mengenai imperialisme sebagai tingkat tertinggi kaitalisme telah
diberikan oleh Lenin, yang meneruskan karya Marx dan Engels dan
mengangkat Marxisme pada suatu taraf baru dan lebih tinggi.Mendasaran
dirinya pada hukum-hukum pokok dari perkembangan produksi
kapitalis yang diberikan dalam      Capital, Lenin merumuskan teori
imperialisme sebagai tara baru dan terakhir dari kapitalisme,
mengungkapkan kontradiksi-kontrtadiksi dan bisul-bisul yang
menggerogotinya dan mendemonstrasikan ketidak-terelakkannya
keruntuhannya dan kemenangan revolusi proletarian.
Engels tidak dapat memberikan ciri-ciri taraf yang secara historis baru
dalam perkembangan kapitalisme, karena wafatnya membuat dirinya
tidak menyaksikan zaman di mana taraf baru itu sepenuhnya terbentuk.
Di dalam rancangan artikelnya mengenai Pertukaran, Engels cuma
menunjukkan beberapa dari gejala-gejala baru di dalam perekonomian
negeri-negeri kapitalis, tanpa mengangkat persoalan mengenai suatu
taraf baru di dalam perkembangan kapitalisme. Ia memperhattikan
menyebarnya bentuk-bentuk perusahaan-perusahaan modal-bersama,
transformasi perusahaan-perusahaan individual menjadi perusahaan-
perusahaan gabungan-saham, konsentrasi dan penggabungan perusahaan-
perusahaan dalam keseluruhan cabang-cabangnya, dan, akhirnya,
munculnya monopoli-monopoli. Sebagai contoh monopoli besar ia
menunjuk pada English United Alkali Trust degan modalnya sebesar
Poundsterling 6,000,000 yang adalah besar sekali untuk zaman itu.
Penyisipan editorial Engels dalam Bab 27 dari Jilid III Capital juga


xiv  |  Frederick Engels
membahas monopoli-monopoli; itu dimuat di sini sebagai lampiran.
Dalam dua kesimpulan rencananya, Engels mengangkat masalah ekspor
modal dan pembagian dunia kolonial.
Institut Marxisme-Leninisme
C.C.- P.K U..S.



I
TINJAUAN TENTANG CAPITAL
JILID SATU
CAPITAL MARX1)

I
Selama adanya kaum kapitalis dan kaum buruh di atas bumi, tiada buku
yang sedemikian pentingnya bagi kaum buruh seperti buku yang di depan
kita ini. Hubungan antara modal dan kerja, engsel yang di atasnya seluruh
sistem masyarakat sekarang berputar, di sini untuk pertama-kalinya
dikupas secara ilmiah dan dengan ketuntasan dan ketajaman yang hanya
mungkin bagi seorang Jerman. Betapa pun berharga dan akan tetap
berharganya tulisan-tulisan seorang Owen, Saint-Sion, Fourioer, teryata
dicadangkan bagi seorang Jerman untuk terlebih dulu naik ke ketinggian
dari mana seluruh medan hubungan-hubungan sosial modern dapat dlihat
dengan jelas dan selengkapnya persis sebagaimana pemandangan
pegunungan yang lebih rendah terlihat oleh seorang pengamat yang
berdiri di puncak tertinggi.
Hingga kini ekonomi politik telah mengajarkan pada kita bahwa kerja
adalah sumber segala kekayaan dan ukuran dari semua nilai, sehingga
dua obyek yang ongkos produksinya adalah jumlah waktu-kerja yang
sama banyaknya, memiliki (masing-masingnya, pen.) nilai yang sama
dan juga mesti dipertukarkan satu-sama-lainnya, karena pada umumnya/
rata-rata hanya nilai-nilai yang sama (besarnya, pen.) yang dapat
dipertukarkan satu-sama-lain. Namun, bersamaan dengan itu, ia
mengajarkan bahwa terdapat sejenis kerja yang dtersimpan yang
dinamakannya modal; bahwa modal ini, dikarenakan sumber-sumber
tambahan/bantuan yang dikandungnya, meningkatkan produktivitas
kerja yang hidup itu dengan seratus dan seribu kali lipat, dan sebaliknya/
sebagai gantinya mengklaim suatu kompensasi tertentu yang
diistilahkan laba atau pendapatan/perolehan. Seperti kita semu
mengetahui, ini dalam kenyataan terjadi sedemikian rupa sehingga laba-
laba dari kerja tersimpan, dari kerja mati iu menjadi semakin masif,
modal kaum kapitalis menjadi semakin kolosal, sedangkan upah-upah
kerj yang hidup itu terus-menerus berkurang, dan massa kaum buruh
|  1  |


2  |  Frederick Engels
yang hidup semata-mata dari upah, bertumbuh semakin banyak dan
dilanda kemiskinan. Bagaimanakah kontradiksi ni mesti dipecahkan?
Bagaimana bisa tersisa laba bagi sang kapitalis bila sang pekerja
mendapatkan kembali nilai penuh dari kerja yang telah ditambahkannya
pada produknya?
Betapapun, demikian mestinya yang terjadi, karena hanya nilai yang
sama/setara dapat dipertukarkan. Sebaliknya, bagaimana nilai-nilai yang
setara dapat dipertukarkan, bagaimmana sang pekerja dapat menerima
nilai penuh dari produknya, apabila, sebagaimana telah diakui oleh
banyak ahli ekonomi, produk ini dibagi antara pekerja itu dan kapitalis
itu? Para ahli ekonomi hingga kini ternyata tidak berdaya menghadapi
kontradiksi ini dan menulis atau menggagap malu kalimat-kalimat
tanpa-arti. Bahkan para sosalis terdahulu yang pengritik ekonomi tidak
bisa berbuat lebih daripada hanya menekankan kontradiksi itu, tiada
seorang pun yang telah memecahkannya, hingga akhirnya Marx melacak
proses yang melahirkan laba ini tepat di tempat lahirnya dan dengan
begitu membuat segala sesuatunya jelas.
Dalam melacak perkembangan modal, Marx berwal dari kenyataan
sederhana yang teramat jelas bahwa kaum kapitalis mengubah modal
mereka menjadi dana lewat pertukaran: mereka membeli barang-barang
dagangan dengan uang mereka dan kemudian menjualnya untuk lebih
banyak uang daripada harga pembeliannya. Misalnya, seorang kapitalis
membeli kapas seharga 3,000 taler dan kemudian menjualnya untuk
1.100 taler, dengan demikian memperoleh 100 taler. Kelebihan sebesar
100 taler di atas modal ali itu disebut Marx nilai-lebih. Dari mana
datangnya nilai-lebih ini? Menurut asumsi para ahli ekonomi, hanya
nilai-nilai setara yang dipertukarkan dan di biang teori abstrak ini benar
adanya. Karenanya, pembelian kapas dan kemudian penjualannya sama-
sama tidak menghasilkan nilai-lebih seperti pertukaran sekeping taler
perak untuk tiga-puluh groschen perak dan pertukarannya kembali uang
logam-logam kecil untuk satu taler perak, suatu proses yang dengannya
seseorang tidak menjadi lebih kaya atau pun lebih miskin. Tetapi nilai-
lebih sama-sama tidak dapat lahir dari para penjual yang menjual barang-
barang dagangan di atas nilainya, atau para pembeli membeli barang-
barang dagangan itu di bawah nilai mereka, karena masing-masingnya
secara bergilir adalah pembeli dan penjual dan ini akan, oleh karenanya,


Tentang Das Kapital Marx  |  3
berseimbang. Ia tidak dapat lagi lahir dari para pembeli dan para penjual
yang secara timbal-balik melampaui satu-sama-lainnya, karena ini tidak
akan menciptakan suatu nilai baru atau nilai-lebih, tetapi hanya akan
mendistribusikan modal yang ada itu secara berbeda di antara kaum
kapitalis. Sekalipun kenyataan bahwa sang kapitalis membeli barang-
barang dagangan itu menurut nilainya dan menjualnya menurut nilainya,
ia mendapatkan lebih banyak nilai daripada yang ditanamnya.
Bagaimana hal ini terjadi?
Dalam kondisi-kondisi masyarakat sekarang sang kapitalis menemukan
di pasar barang-dagangan suatu “barang-dagangan” yang memiliki suatu
sifat khusus, yaitu “penggunaannya merupakan suatu sumber nilai baru,
merupakan suatu penciptaan nilai baru.” Barang-dagangan ini adalah
“tenaga-kerja.”
Apakah nilai tenaga-kerja itu? Nilai setiap barang-dagangan diukur
dengan kerja yang diperlukan bagi produksinya. Tenaga-kerja berada
dalam bentuk pekerja yang hidup yang memerlukan sejumlah tertentu
kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri dan untuk keluarganya, yang
menjamin kesinambungan tenaga-kerja bahkan sesudah kematiannya.
Karenanya, waktu-kerja yang diperlukan untuk memproduksi
kebutuhan-kebutuhan hidup ini mewakili nilai tenaga-kerja. Sang
kapitalis membayarnya secara mingguan dan dengan begitu membeli
penggunaan satu miggu kerja dari pekerja itu. Sejauh ini, Tuan-tuan
ahli ekonomi akan bersepakat dengan kita mengenai nilai tenaga-kerja.
Sang kapitalis sekarang menetapkan pekerjanya untuk bekerja. Dalam
suatu waktu tertentu sang pekerja akan menyerahkan sebanyak kerja
seperti yang diwakili oleh upah mingguannya. Andaikn bahwa upah
mingguan seorang pekerja mewakili tiga hari kerja, maka, apabila sang
pekerja mulai pada hari Senin, pada hari Rabu petang ia telah
menggantikan bagi sang kapitalis nilai penuh dari upah yang dibayar
itu. Tetapi, apakah ia ketika itu (Rabu petang) berhenti bekerja? Sama
sekali tidak. Sang kapitalis telah membeli kerjanya seminggu dan sang
pekerja mesti terus bekerja selama tiga hari terakhir dari minggu itu
juga. Kerja-lebih pekera itu, disamping waktu yang diperlukan untuk
menggantikan upahnya, adalah sumber nilai-lebih, sumber laba, sumber
akumulasi modal yang terus bertumbuh.;
Jangan katakan bahwa adalah suatu asumsi yang sewenang-wenang


4  |  Frederick Engels
bahwa sang pekerja dalam tiga hari memperoleh upah yang diterimanya
dan bekerja tiga hari selebihnya untuk sang kaapitalis. Apakah ia
memerlukan tiga hari untuk menggantikan upahnya, atau dua atau empat
hari, adalah, entu saja, tidak penting di sini dan tergantung pada keadaan;
soal pokoknya adalah, bahwa sang kapitalis, di samping kerja yang
dibayarnya, juga menarik/mengeduk kerja yang tidak dibayarnya; dan
ini bukan asumsi sewenang-wenang, karena kalau sang kapitalis menarik
dari sang pekerja itu selama suatu jangka waktu lama hanya sebanyak
kerja yang dibayarnya dalam upah, maka ia akan menutup pabriknya,
karena seluruh labanya adalah sebuah nol besar.
Di sini kita mempunyai pemecahan bagi semua kontradiksi itu.Asal-
usul nilai-lebih (darinya laba kapitalis merupakan suatu bagian penting)
kini jelas dan wajar sekali. Nilai tenaga kerja telah dibayar, tetapi nili
ini jauh lebih sedikit daripada yang dapat diperas dari tenaga-kerja, dan
justru perbedaan itu, kerja yang tidak dibayar itu, yang merupakan/
menjadi bagian si kapitalis, atau lebih tepatnya, dari kelas kapitalis.
Karena bahkan laba yang diperoleh pedagang katun dari katunnya di
dalam contoh di atas mesti terdiri atas kerja yang tidak dibayar, apabila
harga-harga katun tidak naik. Saudagar itu mestinya telah menjual pada
seorang manufaktur katun, yang dapat mengambil dari produknya suatu
laba bagi dirinya sendiri di samping 100 taler aslinya, dan karenanya
berbagi dengannya kerja yang tidak dibayar yang telah dikantonginya.
Pada umumnya, adalah kerja yang tidak dibayar itu yang
mempertahankan/memelihara semua anggota masyarakat yang tidak-
bekerja. Pajak-pajak negara dan kota praja, sejauh itu mempengaruhi
kelas kapitalis, sewa dari para pemilik-tanah, dsb., dibayar dari situ.
Sungguh absurd sekali untuk berasumsi bahwa kerja yang tidak dibayar
itu hanya lahir di bawah kondisi-kondisi sekarang, di mana produksi
dijalankan oleh kaum kapitalis di satu pihak dan kaum buruh-upahan di
lain pihak. Sebaliknya, kelas penindas pada semua zaman telah harus
menyelenggarakan kerja yang tidak dibayar. Selama seluruh periode
yang panjang ketika perbudakan merupakan bentuk pengorganisasian
kerja yang berlaku, kaum budak terpaksa melakukan lebih banyak kerja
daripada yang dikembalikan pada mereka dalam benntuk kebutuhan-
kebutuhan hidup. Yang serupa terjadi di bawah kekuasaan perhambaan
dan terus hingga penghapusan kerja korvee petani; di sini sesungguhnya,


Tentang Das Kapital Marx  |  5
perbedaan tampak jelas sekali antara waktu kerja petani untuk
kepentingan hidupnya sendiri dan kera-lebih untuk tuan feodal, justru
karena yang tersebut belakangan dilakukan secara terpisah dari yang
tersebut duluan. Bentuk itu kini telah diubah, tetapi substansinya tetap
dan selama “sebagian dari masyarakat memiliki monopoli atas alat-
alat produksi, sang pekerja, bebas atau tidak bebas, mesti menambahkan
pada waktu-kerja yang diperlukan bagi pemeliharaan dirinya sendiri
suatu waktu-kerja ekstra untuk memproduksi kebutuhan hidup bagi para
pemilik alat-alat produksi itu.” (202 [235].)
II
Dalam artikel terdahulu kita melihat bahwa setiap pekerja yang
dipekerjakan oleh sang kapitalis melakukan suatu kerja rangkap: selama
satu agian dari waktu-kerjanya ia menggantikan upah-upah yang
dipersekotkan pada dirinya oleh sang kapitalis, dan bagian krjanya ini
diistilahkan kerja yang diperlukan oleh Marx. Tetapi setelah itu ia mesti
terus bekerja dan selama waktu itu ia memproduksi nilai-lebih untuk
sang kapitalis, suatu bagian enting yang merupakan laba. Bagian dari
kerja itu disebut kerja-lebih.
Mari kita mengasumsikan bahwa pekerja bekerja tiga hari dari seminggu
untuk menggantikan upahnya dan tiga hari untuk memproduksi nilai-
lebih bagi si kapitalis. Dengan lain kata itu berarti bahwa dengan hari-
kerja duabelas jam ia bekerja enam jam seharinya untuk upahnya dan
enam jam untuk produksi nilai-lebih. Orang hanya mendapatkan enam
hari dari satu minggu, paling bantar tujuh hari, bahkan dengan
menghitung juga hari Minggu, tetapi orang dapat ‘menarik’ enam,
delapan, sepuluh, duabelas, limabelas atau bahkan lebih banyak jam kerja
dari setiap hari-kerja. Pekerja menjual pada si kapitalis suatu hari-kerja
untuk upah seharinya. Tetapi, apakah satu hari-kerja itu? Delapan jam
atau delapan-belas jam?
Menjadi kepentingan sang kapitalis untuk menjadikan hari-kerja itu
sepanjang/selama mungkin. Semakin panjang hari-kerja itu, semakin
banyak nilai-lebih diproduksi. Sang pekerja secara tepat merasa bahwa
setiap jam kerja yang dilakukannya di samping untuk penggantian
upahnya telah diambil secara tidak-adil dari dirinya; ia mengalami di
dalam tubuhnya sendiri apa artinya bekerja secara (jam-jam) berlebihan.
Sang kapitalis berjuang untuk labanya, sang pekerja untuk kesehataannya,


6  |  Frederick Engels
untuk bebeerapa jam istirahat, agar dapat sebagai seorang makhluk
manusia, mempunyai kegiatan-kegiatan lain kecuali bekerja, tidur dan
makan. Secara sepintas dapat dikatakan bahwa sama sekali tidak
bergantung pada kemauan-baik para kapitalis secara individual apakah
mereka berhasrat melakukan perjuangan ini atau tidak, karena persaingan
memaksa bahkan yang paling filantropik di antara mereka untuk
bergabung dengan rekan-rekannya dan membuat suatu waktu-kerja yang
sama panjangnya seperti yang mereka punya menjadi peraturan.
Perjuangan untuk penetapan hari-kerja telah berlangsung sejak pertama
tampilnya kaum pekerja bebas dalam sejarah hingga hari ini. Dalam
berbagai bidang pekejaaan berlaku berbagai hari-kerja tradisional, tetapi
ddi dalam kenyataan itu jarang sekali diperhatikan. Hanya di mana
undang-undang menetapkan hari-kerja itu dan mengawasi pematuhannya
dapatlah seseorang sungguh-sungguh berkata bahwa terdapat suatu hari-
kerja normal. Dan hingga sekarang inilah yang hampir secara eksklusif
berlaku di distri-distrik pabrik di Inggris. Di sini hari-kerja sepuluh
jam (sepuluh-setengah jam pada lima hari, tujuh-setengah jam pada hari
Sabtu) telah ditetapkan untuk semua perempuan dan kaum muda dari
usia tiga-belas hingga delapan-belas, dan karena kaum pria tidak bisa
bekerja tanpa merka, mereka juga termasuk dalam hari-kerja sepuluh-
jam. Undang-undang ini telah dimenangkan oleh kaum buruh pabrik
Inggris melalui bertahun-tahun penderitaan, melalui perjuangan yang
paling kukuh, ulet dengan para pemilik pabrik, melalui kebebasan pers,
hak berasosiasi dan berkumpul, dan juga melalui pemanfaatan secara
tepat atas terpecahnya/terbaginya kelas berkuasa itu sendiri. Ia telah
menjad palladium dari kaum buruh Inggris; ia telah diperluas secara
berangsur-angsur ke semua cabang industri yang penting dan tahun lalu
ke hampir semua bidang kerja, setidak-tidaknya ke semua bidang di
mana kaum perempuan dan anak-anak dipekerjakan. Karya ini memuat
bahan yang paling lengkap mengenai sejarah pengaturan legislatif atas
hari-kerja di Inggris.      Reichstag Jerman Utara berikutnya juga akan
mendiskusikan peraturan-peraturan pabrik, dan oleh karenanya juga
pengaturan kerja pabrik. Kami berharap bahwa tiada dari para utusan
yang dipilih oleh kaum buruh Jerman akan mendiskusikan undang-
undang ini tanpa lebih dulu membiasakan/mengenal sepenuhnya buku
Marx. Banyak yangg dapat dicapai di sana. Perpecahan di kalangan kelas-


Tentang Das Kapital Marx  |  7
kelas yang berkuasa lebih menguntungkan kaum buruh daripada keadaan
yang pernah berlaku sebelumnya di Inggris, karena hak pilih unversal
memaksa kelas-kelas yang berkuasa merayu sikap/kemurahan-hati kaum
buruh. Empat atau lima wakil proletariat merupakan suatu kekuatan
dalam keadaan-keadaan ini, jika mereka mengetahui bagaimana
mengunakan posisi mereka, apabila di atas segala-galanya mereka
mengetahui apa yang menjadi persoalan, yang tidak diketahui oleh kaum
burjuis. Dan buku Marx memberikan, dalam bentuk siap-pakai semua
bahan yang diperlukan untuk ini.
Kita akan mengabaikan sejumlah penelitian lain yang sangat bagus
mengenai kepentingan yang lebih teoritis dan lahngsung ke bab terakhir
yang membahas akumulasi modal. Di sini untuk pertama kalinya
ditunjukkan bahwa cara produksi kapitalis, yaitu, yang menyaratkan
kaum kapitalis di satu pihak dan kaum buruh-upahan di pihak lainnya,
tidak hanya secara terus-menerus mereproduksi modal kaum kapitalis,
tetapi sekaligus juga secara terus-menerus mereproduksi kemiskinan
kaum buruh; sehingga dipastikan bahwa selalu terdapat kembali –di
satu pihak– kaum kapitalis yang merupakan pemilik dari semua kebuthan
hidup, bahan-bahan mentah dan alat-alat kera, dan –di lain pihak– massa
besar kaum buruh yang terpaksa menjual tenaga-kerja mreka kepada
kaum kapitalis ini untuk sejumlah kebutuhan hidup yang paling banter
cuma mencukupi untuk mempertahankan kemampuan kerja mereka dan
untuk membesarkan suatu generasi baru kaum proletar yang berbadan
sehat. Tetapi modal tidak hanya sekedar direprodksi; ia terus-menerus
ditingkatkan dan digandakan – dan begitu juga kekuasaannya atas kelas
kaum buruh yang tidak-bermilik. Dan tepat sebagaimana modal itu
sendiri direproduksi dalam skala yang semakin-besar, demikian pula
cara produksi kapitalis modern mereproduksi kelas kaum buruh yang
tidak-bermilik itu dalam skala yang semakin-besar dan dalam jumlah-
jumlah yang semakin-besar. “... akumulasi [dari modal] mereproduksi
hubungan-modal dalam suatu skala proggresif, semakin banyak kaum
kapitalis atau kaum kapitalis lebih besar di kutub sini, lebi banyak kaum
buruh-upahan di kutub sana. ... Akumulasi modal adalah, oleh karenanya,
meningkatnya jumlah kaum proletariat.” (600 [613].). Namun, karena
sebab kemajuan mesin, karena agrikultura yang diperbaiki, dsb., kian
dan semakin sedikit kaum buruh diperlukan untuk memproduksi jumlah