Senin, 30 April 2012

Pesantern dan Terorisme


Pesantren dan Terorisme


            Ada dua jenis pesantren di Indonesia. Pertama pesantren sunisme dan kedua pesantren wahabisme. Kedua pesantren memiliki perbedaan yang tajam, antara lain: Sunisme, dalam memahami pesan keagamaan mempuyai mata rantai yang tidak putus  Qur’an – Sunnah – Ulama Salaf – dan akhirnya Ulama Kholaf. Pesantren wahabisme tidak demikian. Ia mencukupkan sumber agama pada tek, bukan pada manusia. Yakni sebatas tek Qur’an dan Hadist saja. Hadist pun yang cukup dengan Kitab Bukhori dan Muslim saja. Sedang kitab Hadist standar yang pernah ada dalam sejarah Islam ada 30 judul yang ditulis oleh 30 pengarang yang berbeda.
            Kedua, dalam pemahaman keagamaan. Suni bersikap elegan dan elastic dalam memahami Islam. Sunisme selalu menghubungkan antara teks dan konteks. Hasil dari pemahaman dialektik ini adalah pemahaman agama yang bersifat gradual dan berorientasi kepa maslhat umat. Wahabisme tidak demikian. Mereka hanya terpaku pada teks tanpa mendialogkan dengan konteks. Ini bisa ditebak akan terjadi pemahaman yang tegas dan kurang bijaksana. Mereka akan cenderung melaksanakan hukum agama tanpa bertahap dan menggunakan kekerasan, jika hidup dinegara mayoritas muslim. Disangkanya, mayoritas muslim sama dengan mayoritas muslim pada zaman keemasan Islam. Pdahal ada perbedaan tegas antara muslim kelasik  pada masa jaya dan muslim kontemporer. Muslim klasik didasari dengan keimanan dan suasana masyarakat yang islami. Sdang muslim modern, mereka hidup tanpa keimanan kecuali sekedar ngulit bawang. Pradaduga yang salah inilah yang menjadi masalah besar kaum muslimin dengan Negara dan juga dengan hegemoni internasional yang kini dkendalikan ras Yahudi dan kaum Palang. Terorisme sebenarnya bisa berakar dari sini.
            Ketiga dari segai sejarah. Pesantren Sunisme sudah lahir sejak abad ke-16 M yang dirintis oleh Wali Sango. Konsep ini dibuat dalam rangka penyebaran pemahaman Islam ke seluruh Nusantara. Sedang pesantren Wahabi lahir pada awal abad ke-20. Persis dan dan Al-Irsyad adlah dua contoh pesantren Wahabi klasik. Pesantren Wahabi yang sebenarnya lahir setelah Perang Ambon pada zaman kita ini. Pesantren wahabi jenis akhir inilah yang banyak melahirkan terorisme. Karena oemahaman agama yang salah. Pemahaman agama yang potong kompas. Pemahaman agama yang tidak mengapresiasi ulama dan tidak memahami konteks social dimana agama itu diterapkan.
            Keempat, Pesanteren Sunisne berasal dari dunia Arab pertengahan yang meliputi Jazirah Arab (Mekkah-Madinah), Persia dan India. Sedang Pesantren Wahabi, lahir baru-baru ini. Merebak dan dan berkembang stelah Perang Ambon.
            Klima, Pesntren Suni  tidak punya aliran dana. Bersifat mandiri. Dan ini merupakan cirri utama pesantren.  Sedang Pesantren Wahabi, dibiayai oleh Arab Saudi, Emirat Arab dan Kwait. Dalam hal ini Saudi merupakan komponen utama dalam suplai dana. Jadi mereka bergantung secara ekonomis. Oleh karena ketika Yahudi internasional dan Amerika memotong aliran dana dari Saudi Arabia 90 persen tutup.
            Keenam, dari segi bahan ajar. PEsantren Suni, memakai  seluruh teks keislaman dari klasik sampai modern. Dari Qur’an sampai Kitab Kuning. Sedang Pesantren Wahabi hanya terbatas pada kedua teks keagamaan: Qur’an dan Hadist dan sangat anti KItab Kuning yang merupakan warisan ulama-ulama salaf dan kholaf.

Sumber Terorisme
            Sumber terorisme sebenarnya lahir dari dua hal di atas: yakni bahan ajar di pesantren dan pemamahaman keagamaan. Oleh karena itu kalau diidentifikasi orang-orang yang terlibat terorisme pasti lulusan pesantren Wahabi itu. Atau setidak-tidaknya berguru secara tidak formal kepada guru yang berafiliasi dengan wahabisme. Kasarnya,  tidak mungkin lahir dari Pesantren NU (sunisme).

Tawaran
Untuk mencegah terorisme yang tidak karuan itu, perlu dikembangkan pemahaman keagamaan yang sunisme yang cirri khasnya adalah pemahaman agama yang inklusif dan sangat mengaresiasi  pemikiran ulama-ulama dari salaf sampai kholaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar