Senin, 30 April 2012

ALQOMAH: SUSAH SEKARAT


ALQOMAH: SUSAH SEKARAT
Oleh : A. Hakim, M.Ag

            Suatu hari Rasulullah melayad sahabat yang sedang sakaratul maut. Sahabat itu bernama Alqomah. Beliau dikatakan sebagai seorang ahli ibadah dan puasa. Nabi pun mendekatinya, seraya mentalqinkan kalimat laa ilaha illah ke telinganya. Tapi aneh. Setiap Nabi menyuruh mengucapkan kalimat itu, Alqomah selalu gideg (menggeleng). Menandakan ia tak mampu mengucapkannya. Beberapa kali dicobanya, namun Alqomah tetap tak mau mengucapkan kalimat thayibah itu. Nabi pun keheranan, mengapa Alqomah sebagai sahabat yang rajin beribadah dan puasa itu tak mampu mengucapka kalimat laa ilaha illallah.
            Akhirnya Raslullah menanyakan perihal itu kepada ibunya. “Mengapa Alqomah sulit mengucapkan laa ilaaha ilallah dalam sakaratnya? Ibunya menjwab: “ Wahai Rasulullah, benar Alqomah seorang yang saleh dan ahli ibadah. Namun ada satu perbuatan yang sangat menyakiti saya”.
“ Perbuatan apa itu”?
“ Setiap dia membawa oleh-oleh dari bepergian senantiasa mendahulukan istrinya. Sedang aku sebagai ibunya selalu diakhirkan. Dengan tindakan itu, hatiku  sangat sakit. Dan aku tidak akan memaafkannya”.
            “ Betul kamu tidak akan memaapkannya?”
“ Betul ya Rasulullah”.
“Kalau begitu, kata Rasulullah, suruh para pemuda untuk mengambil kayu bakan di hutan. Kemudian nyalakan. Dan bakar Alqomah di dalam nyala api”
            Mendengar ucapan Rasulullah itu, ibunda Alqomah merasa ngeri dan kasihan.     “Kalau begitu, saya akan memapkannya sekarang , ya Rasulullah”. Setelah itu Alqomah pun dengan mudah bisa mengucapkan laa ilaaha illah dalam sakaratnya.



Bayi Bisa Bicara
Oleh : Ajid Hakim, M.Ag

            Dalam Kitab Riyadhussalihin, dikatakan: ada dua bayi yag bias bicara. Bayi itu adalah bayinya Nabi Yusup dan bayi Juraij.
            Siapa itu Juraij? Juraij adalah seorang abid (ahli ibadah). Hingga pada suatu hari. Ibunya dating untuk menjenguknya. Namun Juraij sedang sholat. Ketika ibunya memberi salam, Juraij tidak membalasnya. Mlah asik terus mengerjkan shalat. Hingga ibunya pun pulang. Hari kedua, ibunda Juraij mendapat perlakuan yang sama. Hari ketiga pun mendapat perlakukan yang sama.
            Dengan peristiwa itu, Ibunda Juraij menjadi sakit hatinya. Akhirnya di relung hati yang paling dalam, Juraij mendoakan keburukan terhadap Juraij, anaknya. “ Ya Allah, ujilah anakku dengan dipermalukan di depan umum”. Demikian do’anya.
            Keesokan harinya, ketika Juraij sedang beribadah di altarnya, datanglah seorang dongdot (pelacur). Pelacur itu berusaha menggoda Juraij untuk melayani nafsunya. Juraij bertahan. Tidak bergeming sedikitpun dari rayuan pelacur itu. HAri kedua, pelacur itu melancarkan rayuan lebih dahsyat lagi. Ia mempertontonkan auratnya. Tanpa mengenakan busana sehelaipun. Dalam keadaan telanjang, Juraij terus dirayunya. Tapi luar biasa, juraij tak sedikit bergeming. Malah ia mengusir dan menghardik pelacur itu. Hingga pelacur itu pergi. Hari ketiga pun, pelacur itu mendapat perlakuan yang sama dari Juraij. Sama seperti hari-hari biasa.
            Sakit sekali hati pelacur itu. Ia menjadi dendam. Ia berniat membinasakan Juraij. Untuk melancarkan niat busuknya, pelacur itu berzina dengan seorang anak gembala. Dari perzinahan itu lahirlah seorang bayi.
            Masyarakat pun geger dengan kejadian itu. Mereka bertanya anak dari siap itu. Pelacur itu menjawab: anak ini merupakan hasill hubungan gelap dengan Juraij. Maka kasus itu pun sampai ke telinga Juraij. Atas perintah raja, Juraij pub ditangkap, digiring rame-rame ke hadapan raja. Cacian dan makian habis menimpa Juraij. Masyarakat percaya saja pada omongan masyarakat tanpa melalkukan pembuktian telebih dahulu.
            Sesuai hukum kerajaan, Juraij harus diranjam sampai mati. Ranjam adalah hukuman mati dengan cara  lempari batu oleh orang banyak. Namun sebelum hukuman itu dijalankan, Juraij megajukan sebuah permintaan. Permintaan itu adalah shalat dua rakaat.
            Juraij pun dengan harap-harap cemas dan menangis, khusu melaksanakan shalat. Memohon kepada Allah, siapa yang telah berzinah dengan perempuan itu, hingga melahirkan seoang anak. Juraij yakin, bahwa ia tidak bersalah sama sekali.
            Sehabis shalat. Keaajaiban pun terjadi. Bayi yang sedang digendong pelacur itu mendadak bisa bicara. Bahwa yamg menzinahi placur itu adalah anak gembala. Dan aku inilah anaknya.

Penulis adalah Dosen pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Bandung. Tinggal di Lembang Bandung. Tlp 082115436791/022.70453303. Email: ajidhakim@gmail.com
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar