ALQOMAH: SUSAH SEKARAT
Oleh : A. Hakim, M.Ag
Suatu
hari Rasulullah melayad sahabat yang sedang sakaratul maut. Sahabat itu bernama
Alqomah. Beliau dikatakan sebagai seorang ahli ibadah dan puasa. Nabi pun
mendekatinya, seraya mentalqinkan kalimat laa
ilaha illah ke telinganya. Tapi aneh. Setiap Nabi menyuruh mengucapkan
kalimat itu, Alqomah selalu gideg
(menggeleng). Menandakan ia tak mampu mengucapkannya. Beberapa kali dicobanya,
namun Alqomah tetap tak mau mengucapkan kalimat thayibah itu. Nabi pun keheranan,
mengapa Alqomah sebagai sahabat yang rajin beribadah dan puasa itu tak mampu
mengucapka kalimat laa ilaha illallah.
Akhirnya
Raslullah menanyakan perihal itu kepada ibunya. “Mengapa Alqomah sulit
mengucapkan laa ilaaha ilallah dalam sakaratnya? Ibunya menjwab: “ Wahai
Rasulullah, benar Alqomah seorang yang saleh dan ahli ibadah. Namun ada satu
perbuatan yang sangat menyakiti saya”.
“ Perbuatan apa itu”?
“ Setiap dia membawa oleh-oleh
dari bepergian senantiasa mendahulukan istrinya. Sedang aku sebagai ibunya
selalu diakhirkan. Dengan tindakan itu, hatiku
sangat sakit. Dan aku tidak akan memaafkannya”.
“
Betul kamu tidak akan memaapkannya?”
“ Betul ya Rasulullah”.
“Kalau begitu, kata Rasulullah,
suruh para pemuda untuk mengambil kayu bakan di hutan. Kemudian nyalakan. Dan
bakar Alqomah di dalam nyala api”
Mendengar
ucapan Rasulullah itu, ibunda Alqomah merasa ngeri dan kasihan. “Kalau begitu, saya akan memapkannya
sekarang , ya Rasulullah”. Setelah itu Alqomah pun dengan mudah bisa
mengucapkan laa ilaaha illah dalam
sakaratnya.
Bayi Bisa Bicara
Oleh : Ajid Hakim, M.Ag
Dalam
Kitab Riyadhussalihin, dikatakan: ada dua bayi yag bias bicara. Bayi itu adalah
bayinya Nabi Yusup dan bayi Juraij.
Siapa
itu Juraij? Juraij adalah seorang abid (ahli ibadah). Hingga pada suatu hari.
Ibunya dating untuk menjenguknya. Namun Juraij sedang sholat. Ketika ibunya
memberi salam, Juraij tidak membalasnya. Mlah asik terus mengerjkan shalat.
Hingga ibunya pun pulang. Hari kedua, ibunda Juraij mendapat perlakuan yang
sama. Hari ketiga pun mendapat perlakukan yang sama.
Dengan
peristiwa itu, Ibunda Juraij menjadi sakit hatinya. Akhirnya di relung hati
yang paling dalam, Juraij mendoakan keburukan terhadap Juraij, anaknya. “ Ya
Allah, ujilah anakku dengan dipermalukan di depan umum”. Demikian do’anya.
Keesokan
harinya, ketika Juraij sedang beribadah di altarnya, datanglah seorang dongdot (pelacur). Pelacur itu berusaha
menggoda Juraij untuk melayani nafsunya. Juraij bertahan. Tidak bergeming
sedikitpun dari rayuan pelacur itu. HAri kedua, pelacur itu melancarkan rayuan
lebih dahsyat lagi. Ia mempertontonkan auratnya. Tanpa mengenakan busana
sehelaipun. Dalam keadaan telanjang, Juraij terus dirayunya. Tapi luar biasa,
juraij tak sedikit bergeming. Malah ia mengusir dan menghardik pelacur itu.
Hingga pelacur itu pergi. Hari ketiga pun, pelacur itu mendapat perlakuan yang
sama dari Juraij. Sama seperti hari-hari biasa.
Sakit
sekali hati pelacur itu. Ia menjadi dendam. Ia berniat membinasakan Juraij.
Untuk melancarkan niat busuknya, pelacur itu berzina dengan seorang anak
gembala. Dari perzinahan itu lahirlah seorang bayi.
Masyarakat
pun geger dengan kejadian itu. Mereka bertanya anak dari siap itu. Pelacur itu
menjawab: anak ini merupakan hasill hubungan gelap dengan Juraij. Maka kasus
itu pun sampai ke telinga Juraij. Atas perintah raja, Juraij pub ditangkap,
digiring rame-rame ke hadapan raja. Cacian dan makian habis menimpa Juraij.
Masyarakat percaya saja pada omongan masyarakat tanpa melalkukan pembuktian
telebih dahulu.
Sesuai
hukum kerajaan, Juraij harus diranjam sampai mati. Ranjam adalah hukuman mati
dengan cara lempari batu oleh orang
banyak. Namun sebelum hukuman itu dijalankan, Juraij megajukan sebuah
permintaan. Permintaan itu adalah shalat dua rakaat.
Juraij
pun dengan harap-harap cemas dan menangis, khusu melaksanakan shalat. Memohon
kepada Allah, siapa yang telah berzinah dengan perempuan itu, hingga melahirkan
seoang anak. Juraij yakin, bahwa ia tidak bersalah sama sekali.
Sehabis
shalat. Keaajaiban pun terjadi. Bayi yang sedang digendong pelacur itu mendadak
bisa bicara. Bahwa yamg menzinahi placur itu adalah anak gembala. Dan aku
inilah anaknya.
Penulis
adalah Dosen pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Bandung . Tinggal di Lembang Bandung. Tlp 082115436791/022.70453303. Email:
ajidhakim@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar