SEJARAH LAMBANG
BURUNG
Oleh : A. Hakim, M.Ag
Bangsa
Mesir sekitar 4000 tahun SM, adalah bangsa pertama yang menggunakan lambang
burung. Dewa Ra, yang merupakan dewa tertinggi bangsa Mesir selalu menggunakan
kendaraan burung rajawali yang bias terbang mengelilingi dunia. Raja Namrud
(2500 SM) yang mengaku sebagai jelmaan
Dewa Marduk, melambangkan manusia bersayap.
Bangsa
Yahudi merupakan pewaris utama kebudayaan dan agama Mesir kuno. Salah satu
lambang yang diwaris adalah burung. Burung ini di zaman modern menajadi lambang
yang bernuasa politis. Banyak Negara-negara yang menjadikan burung burung
sebagai lambang negaranya. Amerika adalah satu negara sarat dengan lambang
burung. Dari mulsi lambang negara, militter dan lain sebgainya. Negara-negara
Arab pun tak keinggalan, seperti Yaman dan Irak. Indonesia pun tak ketinggalan.
Mencantumkan burung Garuda sebagai lambang negara.
Lalu
bagaimanakah proses transmisi mitos burung itu bisa tersebar dari Mesir, bangsa
Yahudi, teus ke seluruh dunia, tak kecuali Indonesia ? Ini, berkat jasa
jaringan Masonik Internasional. Dalam catatan sejarah, gerakan Masonik
internasioanl telah ada sejak zaman Nabi Sulaiman. Perintisnya adalah bangsa
Yahudi. PAda zaman modern grakan masonik menjadi semakin terorganisir di bawah
kendali rahib-rahib Yahudi. Mereka menyusup ke dalam dalam sel-sel kehidupan
manusia dari mulai soal hiburan sampai
politik.
Tujuan
dari Masonik adalah menjadikan seluruh bangsa
takluk di bawah kendali Yahudi baik secara de fakto atau de jure; dari
laten sampai manifest. Perjuangan itu telah memakan waktu ribuan tahun. Dan
akan berjalan terus sampai Dajjal, Sang
Raja Yahudi terbunuh oleh Isa Bin Maryam di gerbang Ludh Palestina. Menjelang
geledugnya kiamat.
Rahib-rahib
Yahudi Yakin, kelak akhirnya gerakan masonik akan dihancurkan oleh orang-orang
beriman di kalangan umat Muhammad SAW. SEbelum dikalahkan mereka bermaksud
mengahancurkan kaum muslimin satekah
polah dan sataker kebek. Tanda kehancuran gerakan masonik adalah ketika
kamum muslimin telah mampu melaksanakan solat berjamaah subuh seperti solat
Jumat.
Penulis adalah Dosen Filsafat Ilmu dan
Sejarah Peradaban Islam pada Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Bandung .
Tinggal di Paris Van Java, Lembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar