Senin, 19 November 2012

Dzikir-Ibadah

Dzikir-Ibadah merupakan salahsatu ajaran terpenting dalam Jamah Tablig. Dari 4 hal yang harus diperbanyak salahsatunya adalah dzikir-ibadah. Mengapa Syekh Ilyas menyatukan antara dzikir dan ibadah. Sebab ibadah tanpa dzikir adalah lalai. Ibadah tanpa dzikir adalah kosong. Kering. Tak punya makna. Ibadah tanpa dzikir tidak diterima oleh oleh Allah. Oleh karena itu, rukun sholat dalam tashouf adalah khusyu. Tanpa khusyu, maka shalatynya tidak sah. tertolak.

Sebaliknya jika dzikir tanpa ibadah adalah kacau dan ngawur. sebab dzikir mesti nempel dalam ibadah. Jadi kalau tidak beribadah, dzikir mau nempel kemana. Dziikir menjadi tidak punya wadah. dzi8ikrnya tidak akan mendatngkan nur. Sebab dzikir akan mendatanghkan cahaya jika bertemu dengan amal ibadah. Jika dxziir adalah kutub negatif maka ibadah adalah kutub posisitf. Gabungan dua kutub ini mengahsiklkan cahaya yang mampou mengantarkan seorang salik kepada makom ma'rifat. 

Maka adalah penting bagi seorang salik mengetahui perintah-perintah Allah Ta'ala sesuai dengan suasana dan keadaan. Jika tidak demikian khawatir, mengamalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah sedang dalam hatinmya dalam keadaan dzikir. Ini tentunya menjadi amalan bid'ah. Yang menuntunya ke jurang zindik. ZIindik adalalah  membuat hal baru dalam agama. Dikurangi atau ditambah.

Jumat, 16 November 2012

DUA MA'RIFAT

Ma'rifat kepada Allah itu melalui dua jalan: Jalan akal dan jalan hati. Ma'rifat dengan akal dibahas dalam ilmu tauhid (aqo'id). Sedang marifat  dengan hati dibahsa dalam ilmu tashwuf (tarikat). Ma';rifat kepada Allah melalui akal sifatnya tidak langsung. Yakni melalui dalil. Dalil adalah mengetahui sesuatu dengan sesuatu yang lain (idroku syai bi syaiin akhor) . Sedanga ma'rifat melalui hati melihat Allah secara langsug, bila kaifiyyatin wala zamanin (tidak dengan "bagaimana dan kapan). Sebab Allah mahas suci dari terkurung oleh ruang dan waktu. Tulisan ini selanjutnya hanya akan membahas ma'rifat dengan hati, yang merupakan garapan dari ilmu tashowuf.

Bagamimana cara ma'rifat kepada Allah? Sebagaimana kita ketahui dalam "Jubad" , bahwa  yang pertama kali wajib kepada manusia mukallaf adalah mengatahui Allah dengan yakin. (awwalu wajibnin ala al-insani ma'rifatul iklahi bistyiqoni). Jadi mengatahui Allah merupakan perkara terpenting bagi seorang mukallaf baik dalam ilmu tauhid yang bersifat eksternal (akliah dan nakliah) maupun secara internal ( rasa dan pengahayatan, sebagaimana dalam tashawuf.).

Cara ma'rifat melalui ilmu  tauhid dengancara belajar dari seorang guru atau melalui kitab (membaca). Dengan cara mengetahui dalil-dalil akli dan naqli sekaligus. Dalil naqli saja tidak cukup. Mesti ditopang oleh dalil aqli. Saking pentingnya dalail aqli, tidak sah iman seorang mukallaf jika tidak tahui dalil akal menganai tuhan. Imamnya, iman taklid. Dan karena itu tidak sah.

Sedangkan mengatahui Allah Allah melaluii hati. dengan dua cara. Yaitu memperbanyak dzikir kepada Allah dalam setiap suasana dan keadaan, dan mengendalikan hawa nafsu agar senantisa menta'ati Allah. Dua hal inilah yang menyampaikan seseorang bisa sampai kepada Allah. Bosa sampai ma'rifat kepada Allah. Tidak hanya ma'rifat (mengartahui) Allah saja,melainkan berupa ilmu kenabian dan laduni, yang tidak didapat melalui pengindraan dan penalaran akal. Maka semakin tawajuh seseorang dalam dzikir dan semaikn mujahadah dalam nafsu untuk mentaati Allah, cahaya ma'rifat itu semakin besar. Dan rahjasia ilmu-ilmu ketuhananpun semakin terbuka lebar. Inilah yang menurut Syekh Abdul Qodir Jailani, penghulu para aulia dan Imam Ghozali,penghulu ulama tashawuf, ilmu yang lebih banyak bermanfaat daripada ilmu dhahir. Ilmu msemaca ini lebh murni dan lebih jernih karena keluar dari dari dalam sumur hati. Air itu keluar karena penghgalian ruhani yang mendalam. Berbeda dengan ilmu syari'at yang laksana air hujan atau air sungai. Ia masuk dari sebelah luar baru msuk ke dalam hati. Hasilnya air semacam itu tidak sejernih dan sebersih air yang murni dari dalam sumur. Wllahu a'lam.